REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI—-Para petani di selatan Kabupaten Sukabumi mengaku kebingungan untuk memulai masa tanam. Pasalnya, kondisi cuaca akhir-akhir ini tidak menentu.‘’Sepekan terakhir cuaca panas sekali,’’ terang Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi H Sahlan, kepada Republika, Senin (29/10).
Padahal, seminggu sebelumnya wilayah selatan Sukabumi sudah diguyur hujan. Dampaknya, kata Sahlan, sebagian petani yang telah menyiapkan diri untuk memulai masa tanam, mengurungkan rencananya.
Para petani sebenarnya sudah menunggu lama turunnya hujan untuk bisa kembali bercocok tanam seperti biasa. Mereka telah bersiap seperti membeli bibit padi ke sejumlah kios ataupun koperasi tani.
Dari data yang ada sekitar 25 persen petani sudah membeli bibit padi untuk ditanam pada awal Oktober lal. Namun, kata Sahlan, ketika akan menanam padi hujan tidak turun seperti sebelumnya.
Sahlan mengungkapkan, mayoritas areal pertanian di selatan Kabupaten Sukabumi termasuk sawah tadah hujan. Sehingga sarana pengairannya sangat tergantung pada turunnya hujan.
Kondisi tersebut terang Sahlan, berbeda jauh dengan areal pertanian yang ada di utara Kabupaten Sukabumi seperti Kecamatan Cibadak. Di daerah tersebut sarana pengairan sawahnya tidak hanya mengandalkan hujan, melainkan dari saluran irigasi.
Alhasil, tutur Sahlan, sambil menunggu turunnya hujan sebagian petani di selatan mengisi waktu dengan menanam buah-buahan di areal pertaniannya seperti semangka. Langkah ini, menurut dia, dinilai lebih produktif untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Kepala Dinas Pertanian Tanamam Pangan (DPTP) Kabupaten Sudrajat membenarkan belum meratanya hujan di sebagian wilayah Sukabumi. Fenomena ini berpengaruh pada masa tanam padi khususnya di selatan Sukabumi yang hanya mengandalkan turunnya hujan.