REPUBLIKA.CO.ID, 4. Kolo Toure
Dari sepak bola Inggris, publik seakan terlupakan bahwa Manchster City punya sosok pemain besar di lini pertahanan bernama Kolo Toure. Namun semua cerita kebesaran itu terjadi saat Kolo Toure masih berseragam Arsenal.
Kini jusutru nama Toure lain yang dikenal dunia,yakni sang adik Yaya, yang juga memperkuat the Citizen. Sementara Kolo yang pernah menjadi salah satu bek terkuat di Liga Inggris, menjadi cadangan abadi di Ettihad Stadium.
Hancurnya karier Kolo Toure bermula saat dirinya terjerat kasus doping pada tahun 2011. Sejak itu, dunia seolah terbalik bagi pemain nasional Pantai Gading itu. Ban kapten yang dia sandang dicopot. Ironisnya ban kapten yang tercopot dari legan Kolo, kini tersemat di legan sang adik, Yaya Toure.
Kisah kakak beradik, Kolo dan Yaya, bisa menjadi cermin perputaran nasib seorang pesepakbola. Bila merujuk kisah di musim panas tahun 2005, publik sepak bola pernah disajikan cerita tentang kehebatan Kolo dan kesialan Yaya.
Saat itu, Kolo yang namanya tengah berkibar di sepak bola dunia bersama Arsenal, coba menawarkan jasa sang adik kepada pelatihnya, Arsene Wenger. Namun kesempatan uji coba selama satu pekan gagal dimanfaatkan Yaya Toure. Dia ditolak oleh Arsenal.
Namun penolakan itu justru menjadi awal kebangkitan karier Yaya Toure yang kemudian meroket bersama AS Monaco, Barcelona, dan kini Manchester City. Kini, ganti giliran Yaya yang jadi “penolong” karier sang kakak. Kalau bukan karena status Yaya sebagai pemain terpenting City, bukan tidak mungkin Kolo sudah dibuang sejak awal oleh pelatih Roberto Mancini.
Walau semua kejayaannya kini tinggal sebatas kisah, Kolo Toure mengaku tidak akan menyerah. Dia bertekad merebut kembali kejayaan, kendati telah menginjak usia 31 tahun.
“Musim panas lalu ada beberapa klub Turki menginginkan saya. Tapi saya tidak ingin pindah. Saya ingin bertarung untuk kembali mendapat tempat di tim ini,” ungkap Kolo mencoba optimis.