Rabu 31 Oct 2012 20:39 WIB

Cina Desak Gencatan Senjata Suriah Diberlakukan Kembali

Red: Djibril Muhammad
Rusia dan Cina menjadi pendukung bagi pemerintahan Bashar al Assad, Suriah. (ilustrasi)
Rusia dan Cina menjadi pendukung bagi pemerintahan Bashar al Assad, Suriah. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Meski gencatan senjata di Suriah gagal total, tidak ada kata berhenti untuk mencari solusi. Cina, bahkan secara tegas mendesak kembali dilakukannya gencatan senjata di Suriah. Selain itu, langkah lain yang juga harus dilakukan adalah menghentikan aksi kekerasan oleh kedua belah pihak dan segera melakukan peralihan politik melalui dialog.

Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri Cina, Yang Jiechi saat menerima Utusan Perdamaian PBB-Liga Arab Lakhdar Brahimi di Beijing, Rabu (31/10). Menurut dia, kondisi di Suriah saat ini memasuki tahap genting. Karena itu, perlu ada tekad dari semua pihak yang berkepentingan untuk segera menyelesaikan kemelut demi menjaga ketenangan di Timur Tengah

Ke depan, lanjut Yang Jiechi, setiap negara harus memberikan masa depan suriah kembali kepada rakyatnya. "Hargai kedaulatanya, kemerdekaannya, serahkan masa depan Suriah kepada rakyatnya," kata Yang Jiechi. "Cina sangat mendukung upaya masyarakat dunia menciptakan perdamaian di Suriah," ujarnya.

Cina pada umumnya mencurigai campur tangan dalam urusan dalam negeri negara lain dan melalui media pemerintah pada bulan lalu menuduh kekuatan Barat menghambat upaya mengakhiri kemelut itu. Sebelumnya, Cina dan Rusia menggunakan hak veto di Dewan Keamanan PBB untuk mengandaskan resolusi menempatkan lebih banyak tekanan pada Presiden Suriah Bashar al-Assad.