EPUBLIKA.CO.ID, KUTA-- Badan Kesehatan Dunia (WHO) berharap PT Bio Farma dapat meningkatkan kapasitas produksi vaksin dengan membangun gedung baru. Pasalnya, selama ini Bio Farma memproduksi vaksin influenza namun kapasitasnya masih terbatas.
Assistant Director General for Innovation, Information, Evidence and Research in 2010, Marie Paule Kieny mengatakan, jika gedung baru beserta fasilitasnya dapat dilanjutkan pembangunannya, maka produksi vaksin dapat ditingkatkan.
"Kuantitas untuk vaksin memang sudah banyak, tapi bagaimana cara untuk vaksin lebih banyak lagi dan dapat berkelanjutan. WHO berharap Bio Farma dapat meningkatkan kapasitas produksi tersebut,"jelasnya disela-sela acara Jaringan Produsen Vaksin di Negara-negara Berkembang (DVCMN), Bali, Rabu (31/10).
Menurut Kepala Divisi Surveilans Bio Farma, Novilia S.Bachtiar, jika gedung baru dibangun, maka kapasitas produksi vaksin influenza dapat mencapai 20 juta dosis per tahunnya. "Untuk saat ini, kami hanya memenuhi kebutuhan pasar haji sekitar 200 ribu per tahunnya,"kata Novilia.
Sementara itu, menurut wakil dari Kementerian Kesehatan Amerika Serikat Bagian Hubungan Global, Daniel Miller, vaksin merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien dalam mencegah penyebaran influenza. Amerika Serikat, katanya, mendukung kegiatan DCVMN ini. Pasalnya, influenza adalah problem diberbagai negara terutama negara berkembang.
"AS memberi dukungan secara finansial dan teknik untuk Bio Farma dan 13 negara lainnya dalam mencegah penyebaran virus influenza dan variannya. Dukungan tersebut diberikan kepada WHO untuk kemudian difasilitasi dalam transfer teknologinya,"kata Miller.
Dengan dukungan tersebut, negara-negara berkembang di dunia mampu mempersiapkan diri jika ada pandemik virus influenza di wilayahnya.
Vaksin virus influenza, kata Miller, sangat diperlukan. Pasalnya, virus influenza dapat berkembang dengan cepat dan tak dapat diperkirakan kapan dan dimana munculnya.
Sementara di negara tropis seperti di Indonesia, influenza terhadi sepanjang tahun dan menyebabkan ribuan orang meninggal dunia tiap tahunnya. Biaya penanganan dan pengobatan komplikasi.
"Kita berharap, setiap keluar virus, negara-negara berkembang dapat menemukan vaksinnya dengan segera,"katanya.