REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Menyusul kunjungan Perdana Menteri Inggris David Cameron ke Indonesia pada bulan April tahun ini, beliau mengatakan bahwa adalah kehormatan besar dapat menyambut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Downing Street, dan perbincangan hari ini akan menindaklanjuti pertemuan mereka sebelumnya, untuk membawa hubungan kedua negara menuju sebuah tahapan baru yang lebih baik.
Kedua belah pihak membicarakan beberapa agenda, dengan fokus kepada hubungan perdagangan dan investasi antara Inggris dan Indonesia. Mereka menanti prospek dimulainya pembicaraan Kesepakatan Kemitraan Uni Eropa-Indonesia pada tahun depan, yang bertujuan untuk mengurangi hambatan perdagangan.
Perdana Menteri Cameron menyampaikan kegembiraan beliau kepada Presiden Yudhoyono bahwa British Petroleum baru saja menandatangani proyek pembangunan LNG sebesar 12 miliar dolar di Indonesia. Menurutnya, hal tersebut merupakan sebuah terobosan luar biasa bagi pertumbuhan perdagangan dan investasi Inggris di pasar berkembang Indonesia.
Dia juga menyambut baik pengembangan sektor keuangan di Indonesia dan berharap agar lebih banyak perusahaan Inggris dapat ikut serta dalam pertumbuhan tersebut. Presiden Yudhoyono sepakat dan mengatakan bahwa secara khusus beliau menyambut baik investasi Inggris di bidang infrastruktur Indonesia.
Kesepakatan pendidikan pun ditandatangani untuk memperkuat hubungan antara universitas-universitas Inggris dan Indonesia serta meningkatkan pertumbuhan jumlah pelajar untuk belajar di kedua negara. Kesepakatan di bidang industri kreatif juga ditandatangani, di mana delegasi Indonesia menjabarkan Inggris sebagai model panutan untuk sektor industri kreatif.
Kedua pemimpin juga menyambut baik ditandanganinya kesepakatan pertahanan yang menyatakan akan meningkatkan kerja sama di bidang riset dan pengembangan, investasi dan produksi di industri tersebut.
Kondisi di Myanmar juga sempat disinggung, di mana Perdana Menteri Cameron menekankan pentingnya melanjutkan reformasi demokratis dan khususnya mengenai rekonsiliasi Rakhine. Kedua belah pihak menyepakati perlunya melanjutkan komitmen untuk membantu rakyat Suriah serta perlunya Iran untuk segera kembali merundingkan program nuklir mereka.