REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Pengamat Sosial dari Sumatera Barat, Rasmi R, menawarkan strategi mengantisipasi tawuran antar mahasiswa. Beberapa strateginya seperti pembekalan Ospek, menggelar lomba dengan peserta berkelompok atau tim, serta menerapkan sistem mata-mata.
"Strategi ini gampang dilakukan antara lain hanya dengan menggunakan bantuan mahasiswa dan bantuan peralatan perekam," katanya kepada Antara Riau.
Rasmi mengatakan mahasiswa baru perlu diberikan kegiatan orientasi pengenalan kampus (OSPEK) yang dibentuk berkelompok. Strategi ini diharapkan memunculkan interaksi sosial kemudian berlanjut dengan proses asimilasi, difusi dan seterusnya.
Strategi kedua adalah sistem mata-mata. ''Pihak kampus bisa menggunakan kamera mata-mata (spy camera)," kata Rasmi.
Bentuk kamera mata-mata bisa bermacam-macam. Bentuknya bisa dibuat berbentuk dasi, topi, kancing dan lainnya. Atau kalau perlu, pihak kampus memakai kamera tembus pandang sehingga akan terlihat pisau yang diselipkan di balik pakaiannya.
Sementara, anggota mata-matanya direkrut dengan menggunakan sistem perangkap masalah sosial (social problem trap/SPT). Pihak kampus memanggil mahasiswa atau siswa yang terlibat kasus tertentu seperti berkelahi atau merusak fasilitas kampus.
''Mereka dimaafkan tetapi mereka harus bersedia dipasangi alat dan harus melaporkan hasilnya secara periodik ke pihak yang memakai kode tertentu,'' katanya.
Mereka diyakini akan mau menerima program tersebut walaupun secara terpaksa. Para anggota mata-mata harus tidak mengenal satu sama lainnya agar ke kerahasiaan terjaga.