REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Pemimpin Demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi mengaku tak mendukung pihak manapun baik warga Budha Rakhine maupun Muslim Rohingya.
Peraih nobel perdamaian tersebut mengatakan tak memihak siapapun dalam kekerasan di barat Myanmar yang telah menyebabkan lebih dari 100 ribu jiwa kehilangan tempat tinggal tersebut.
Suu Kyi mengatakan, ia tak ingin menggunakan kepemimpinan moral untuk mendukung kedua pihak dalam kerusuhan tersebut. Menurutnya, memihak salah satu pihak tak akan menyelesaikan masalah.
"Saya mendesak toleransi tapi saya tidak berfikir masing-masing pihak akan menggunakan kepemimpinan moral seseorang untuk kepentingan mereka dengan tujuan tertentu tanpa benar-benar melihat sumber masalah," ujarnya kepada BBC, Sabtu (3/11).
Menurut Suu Kyi, banyak pihak menginginkannya mendukung Rohingya yang menjadi korban diskriminasi. Namun wanita usia 67 tahun tersebut mengatakan lebih fokus penyelesaian hukum ketimbang memihak salah satu etnis.
"Saya tahu bahwa orang-orang ingin saya mengambil satu sisi atau sisi lain, sehingga kedua belah pihak tidak akan senang karena saya tidak akan memihak mereka. Aturan hukum harus ditetapkan sebagai langkah pertama, karena kalau orang yang membunuh satu sama lain dan membakar rumah satu sama lain, bagaimana kita akan mendapat penyelesaian yang wajar?" tuturnya.
Sikap Suu Kyi tersebut mengundang banyak kekecewaan dari kalangan pendukung internasional. Dia dianggap telah mendiamkan kekerasan di Rakhine tersebut. Kedua etnis terlibat kekerasan, baik Budha Rakhine mapun Muslim Rohingya pun mengaku kecewa Suu Kyi tak memihak mereka.