REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Mesir memanggil Duta Besar Myanmar di Kairo untuk mengungkapkan keprihatinannya atas kekerasan terhadap suku kecil Rohingya di negara Asia Tenggara itu dan minta menghentikannya, kata pernyataan kementerian luar negeri pada Senin.
"Kementerian luar negeri kemarin memanggil Duta Besar (Dubes) Myanmar dan menyampaikan pesan penting mengungkapkan kecemasan Mesir setelah kekerasan baru terhadap Rohingya," katanya.
Mesir minta Myanmar mengambil langkah untuk segera mengakhiri kekerasan itu dan membawa pelakunya ke pengadilan.
Mesir memanggil duta besar itu pada Agustus untuk mengecam bentrokan suku antara suku besar beragama Buddha dengan suku kecil Muslim, yang dimulai pada Juni.
Muslim Rohingya Myanmar dianggap banyak warga suku besar Birma sebagai pendatang gelap dari Banglades.
Perserikatan Bangsa-Bangsa menganggap mereka salah satu kelompok kecil paling teraniaya.
Bentrokan pada Juni, diikuti pertempuran baru pada Oktober, menewaskan 180 orang dan mengusir sekitar 110.000 orang.
Rohingya, suku kecil Muslim berbicara dengan logat Bengali di negara berpenduduk sebagian besar beragama Budha Myanmar, mengalami berdasawarsa penganiayaan.
Pemerintah Myanmar memandang sekitar 800.000 warga Rohingya di Rakhine sebagai pendatang gelap Banglades dan menolak kewarganegaraan mereka.
Puluhan tahun permusuhan umat Buddha dengan Rohingya meledak pada Juni setelah perkosaan dan pembunuhan atas seorang wanita suku Rakhine memicu serangkaian serangan balas dendam.
Tetangga Myanmar harus siap menerima pengungsi suku kecil Rohingya negara itu, yang mungkin mencoba lari ke luar negeri untuk menghindari kekerasan berdarah, kata badan pengungsi pada awal November.
Kekerasan di negara bagian Rakhine di Myanmar mengadu warga Buddha dengan anggota Rohingya Muslim, menewaskan puluhan orang sejak Juni dan membanjiri kampung pengungsi di negeri itu, dengan puluhan ribu lari dari pertumpahan darah tersebut.