REPUBLIKA.CO.ID, VIANTIANE -- Pemerintah Laos memberikan lampu hijau untuk pembangunan bendungan raksasa di Sungai Mekong. Hal itu tetap dilakukan meski masih menimbulkan pertentangan di negara-negara tetangga dan dari kelompok pemerhati lingkungan.
Bendungan raksasa itu ditargetkan selesai akhir 2019. Penandatangan perjanjian konstruksi akan diselenggarakan Rabu (7/11) mendatang.
Negara-negara di hilir Sungai Mekong khawatir pembangunan bendungan ini akan mempengaruhi stok ikan dan mata pencaharian jutaan nelayan di sekitarnya. Kerugian diprediksi mencapai 3,5 miliar dolar AS.
Wakil Menteri Energi Laos, Viraphonh Virawong, meyakini pembangunan bendungan tak berdampak buruk terhadap Sungai Mekong. Setiap bentuk pembangunan tentunya menyebabkan perubahan. Namun, dampak negatif dari perubahan itu diusahakan seminim mungkin.
Viraphonh percaya kekhawatiran tentang akan terjadinya migrasi ikan dan sedimentasi sungai tak akan terjadi. Pasalnya, pemerintah telah menyiapkan desain bendungan serapi mungkin dengan biaya hingga 100 juta dolar AS.
Pasir sedimentasi akan tetap bisa keluar dari bagian bawah bendungan menggunakan flap dan lift. Desain berbentuk tangga di dasar bendungan juga akan membantu perjalanan ikan dari hulu.
"Kami mencoba mengerti keprihatinan pemerintah Vietnam dan Kamboja yang juga memiliki Sungai Mekong. Tapi yakinlah, bendungan ini dikembangkan dengan baik," kata Viraphonh, dikutip dari BBC, Selasa (6/11).
Sejauh ini, belum ada reaksi langsung dari pemerintah Vietnam dan Kamboja. Namun, menurut ketentungan perjanjian lama Mekong, setiap bentuk pembangunan yang melibatkan Sungai Mekong harus berdasarkan hasil konsultasi ketiga negara.