REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair mengatakan perekonomian Irak berkembang pesat pasca-Saddam Hussein digulingkan tahun 2003. Bahkan dia memprediksi Irak menjadi salah satu negara di dunia dengan pertumbuhan ekonomi tercepat pada dekade mendatang.
Blair mengatakan, Irak mengalami kemajuan sosial ekonomi sejak Saddam tak lagi berkuasa. Menurutnya, tingkat kematian anak turun drastis. Pertumbuhan ekonomi sekitar 9 persen terjadi pada tahun 2012, pendapatan minyak tahunan Irak mencapai USD 100 miliar atau sekitar Rp 1.000 triliun.
Angka tersebut, kata Blair, diprediksi meningkat tiga kali lipat pada tahun 2020. Kemajuan yang dicapai Irak sejak invasi 2003 lalu tersebut menurut Blair tak penting untuk dibesar-besarkan, namun penting pula untuk tidak mengabaikan.
Politikus Partai Buruh Inggris tersebut pun mendesak perusahaan Inggris dan investor asing membuka peluang di Irak. Namun perkembangan tersebut menurut Blair terganggu adanya ketegangan politik yang meliputi negara teluk tersebut. Ancaman keamanan juga masih terus dihadapi Irak.
Pada Senin lalu, dua bom mobil meledak di sekitar Baghdad. Empat orang tewas dan 17 orang luka-luka akibat insiden tersebut.
"Tantangan bahwa Irak masih menghadapi jelas, masalah keamanan kelanjutan terorisme terutama di sekitar Baghdad, layanan dan infrastruktur yang masih jauh dibawah kemampuan dan kebutuhan mereka, serta masalah birokrasi dan korupsi. Ketegangan politik tetap tinggi dan seringkali menyebabkan kelumpuhan negara saat negara membutuhkan perubahan," kata Blair.