Selasa 06 Nov 2012 18:38 WIB

Abdullah Hakim Quick: Islam tak Mengenal Perbedaan Ras (2)

Rep: Fitria Andayani/ Red: Chairul Akhmad
Dr Abdullah Hakim Quick.
Foto: muslimvideo.com
Dr Abdullah Hakim Quick.

REPUBLIKA.CO.ID, Ketika Abdullah Hakim Quick mengenal tentang Kerajaan Mali, sebuah kerajaan besar di Afrika dengan Islam sebagai agama utama, ia pun penasaran dengan Islam.

Mengapa kerajaan hebat itu memilih Islam sebagai landasan spiritualitas mereka. Quick kemudian mempelajari tentang Timur Tengah, tempat di mana Islam dilahirkan.

Sebelumnya, ia memang sudah tahu tentang Timur Tengah, di mana masyarakat di sana punya cara berbeda dalam menggambarkan Tuhan. Namun, Quick tidak tahu selebihnya.

Sejak itulah, dia mulai mengenal Islam lebih jauh. Ternyata, agama ini sangat memukau. "Terutama bahwa Islam tidak mengenal perbedaan ras. Bahwa Islam tidak membeda-bedakan seseorang atas status, warna kulit, dan segala nilai sosial yang melekat di diri mereka," katanya.

Hal semacam itu tidak ditemukannya di AS. Menjadi seorang Afro-Amerika dan hidup pada 1960-an seakan sebuah kutukan saat itu. Bahkan, ketika kuliah pada program studi orang kulit hitam di Universitas Oregon dan Pensylvania, dia tidak menemukan jawaban yang jelas mengapa manusia bisa memiliki hak untuk memberikan label untuk manusia lainnya.

Dia merasa muak. Terlebih ketika itu, AS memulai invasinya ke Vietnam dan mengajak sebanyak mungkin anak muda bergabung dalam perang tersebut.

Hijrah ke Toronto

Ketika itulah, dia memutuskan untuk pindah ke Toronto, Kanada, dan meninggalkan kuliahnya. Quick menjauh dari negaranya yang ia pandang sangat tidak manusiawi. Toronto memang memiliki imigran Muslim yang cukup banyak.

Dari merekalah Quick belajar lebih jauh tentang Islam. "Saya juga pergi ke perpustakaan dan mulai membaca Alquran. Semakin saya membacanya, semakin saya sadar bahwa ajaran inilah yang saya cari," ujarnya. 

Sebuah agama yang hanya mengenal satu Tuhan. Tuhan yang bertanggung jawab atas hadirnya nabi-nabi, seperti Musa, Isa, ataupun Muhammad. Ia juga membaca hadis dan terkesan dengan cara Nabi Muhammad menjalani hidupnya. Yakni, hidup dalam Islam yang penuh tuntunan, disiplin, dan kebajikan untuk mencapai kedamaian.

Ia pun kemudian bertekad memperbaiki diri dan hidup dengan baik sesuai dengan cara Rasulullah. Ia sungguh-sungguh ingin hidup seperti Muslim. Quick lalu berhenti meminum alkohol dan makan babi.

Namun, dia tak lantas berislam hingga dia berkenalan dengan seorang pemuka agama Islam asal Lebanon yang terkenal di Kanada, Ahmad Zakar. "Dialah yang kemudian meyakinkan saya untuk membaca syahadat,'' ungkapnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement