REPUBLIKA.CO.ID, Setelah berislam dan melaksanakan ibadah Ramadhan, Quick semakin paham bahwa Islam memberikan hikmah dari setiap ibadah yang dilakukan.
"Tidak semata ibadah fisik. Islam mengajarkan lebih dari itu. Saat itu saya merasa sangat beruntung menemukan Islam," katanya.
Dia pun mendapatkan kesempatan lebih jauh untuk mengenal Islam. Pada 1973, Quick dan istrinya yang seorang Muslim asal Jamaika pindah ke Madinah. Quick belajar di salah satu universitas atas beasiswa Pemerintah Arab Saudi.
"Ketika itu, Pemerintah Arab Saudi memberikan dua beasiswa kepada dua orang Muslim Kanada dan saya terpilih menjadi salah satunya. Saya juga menjadi orang Amerika pertama yang pernah menamatkan pendidikan di universitas di Arab Saudi," tuturnya.
Di sana pula, dia bertemu dengan seorang pemuka Islam, Syekh Abdul Aziz, yang sangat peduli dengan perkembangan Islam. "Dia bertanya pada saya bagaimana Islam dikenal di Amerika dan dia kemudian membiayai riset saya tentang Islam di benua Amerika," katanya.
Quick pun kembali ke Amerika dan memulai pengembaraannya untuk riset. Ia lalu pergi ke Honduras, Kosta Rika, Panama, Bermuda, Jamaika, dan Bahama untuk mengetahui tentang Islam di wilayah-wilayah itu.
Lalu, dia tinggal sebentar di California sebelum kembali ke Toronto dan menyelesaikan kuliah sejarahnya hingga mendapatkan gelar doktor. Dia lalu bekerja di Pusat Ilmu Pengetahuan Ontario dan Museum Royal Ontario. Quick juga menjadi kolumnis reguler di rubrik agama pada koran terkemuka di Kanada, yaitu Toronto Star.
Riset yang dilakukannya membuat banyak komunitas Muslim di dunia terkesan. Dia pun semakin sering diundang untuk memaparkan hasil risetnya.
Dari riset-riset itu, dia tahu bahwa Islam telah menyebar ke seluruh belahan dunia. Dia pun tahu, manusia pada dasarnya telah mengenal konsep ketuhanan monoteistik seperti yang diajarkan Islam.