REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemenangan Barack Obama pada Pilpres Amerika Serikat 2012, dinilai berdampak positif terhadap Indonesia.
"Sejak ia terpilih menjadi Presiden AS pada 2008, AS lebih friendly terhadap Indonesia," ujar pengamat dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia, Philips J Vermonte, Rabu (7/11).
Philips menilai terpilihnya Obama menjadi Presiden AS periode 2012-2016, membaut strategic partnership antara Indonesia dengan AS juga akan tetap berlanjut.
"Mungkin jika Romney terpilih, hubungan akan tetap dilanjutkan. Namun kemungkinan ada perubahan," ujar Philips menganalisa.
Indonesia, masih kata Philips, juga dapat belajar mengenai demokrasi dan politik dari Pilpres AS ini. Menurut Philips, Pilpres AS 2008 adalah pelajaran terpenting.
"Untuk menjabat sebagai presiden, ras tidak menentukan. Buktinya Obama menang mengalahkan John McCain (pada Pilpres AS 2008)," kata dia.
Pilpres AS 2012 pun memiliki pelajaran yang penting bagi Indonesia. "Romney kan agamanya Mormon. Ibaratnya kalau di Indonesia seperti Ahmadiyah," selorohnya.
Walaupun Romney beragama Mormon, yang bukan merupakan aliran utama di AS, ia bisa menjadi calon Presiden AS. Perolehan suaranya pun tidak terpaut jauh dari Obama.
"Di AS, yang penting itu strategi politiknya dan kebijakan-kebijakannya," ujar Philips mengakhiri.
Dalam penghitungan suara cepat, Presiden Amerika Serikat Barrack Obama memenangkan suara popular and elektoral. Hingga berita ini diturunkan, Barack Obama kembali terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat periode 2012-2016, setelah menang dalam Pemilu Presiden AS 2012. Obama unggul atas rivalnya, Mitt Romney. Obama meraih 275 suara atas Romney yang hanya meraih 203 suara.