REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Bicara nama besar dan mesin partai, Golkar adalah sebuah organisasi politik yang mempunyai unsur itu semua. Infrastruktur organisasi Golkar mengakar kuat hingga ke polosok desa. Namun, sepertinya kebanggaan itu sekarang kian memudar.
Mungkin sebagai bukti sahih dapat dilihat pada Pilkada Kabupaten Gianyar, Bali, Ahad (4/11). Di mana pada pemilihan calon bupati dan wakil tersebut, jagoan partai berlambang pohon beringin ini, yakni Cokorda Gede Putra Nindia dan Anak Agung Gede Agung kalah.
Menurut Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar, Gede Sumarjaya Linggih kekalahan itu dikarenakan mesin politik Golkar kurang berjalan kuat.
"Mesin Partai Golkar kurang kuat berjalan dalam menyosialisasikan Cokorda Putra Nindia-Agung Gede Agung, sehingga tak mampu meraup suara rakyat pada Pilkada Gianyar," kata Sumarjaya Linggih di Nusa Dua, Bali, Kamis (8/11).
Selain mesin partai politik kurang berjalan kuat, lanjut dia, pasangan yang diusung tersebut kurang dikenal di masyarakat. "Pasangan kandidat yang diusung Golkar kurang merakyat, sehingga beliau kurang dikenal. Karena dari latar belakang Cok Nindia adalah seorang birokrasi, bukan dari politik," ucap mantan Ketua HIPMI Bali itu.
Menurut Sumarjaya Linggih yang akrab dipanggil Demer itu, kekalahan Partai Golkar di tiga pilkada, yaitu di Kabupaten Tabanan, Buleleng, dan Gianyar menjadi pelajaran berat menjelang Pilkada Bali 2013.
"Ini pelajaran berharga bagi Partai Golkar. Karena itu, untuk menghadapi Pilkada Bali pada 15 Mei 2013 harus dipersiapkan secara matang, termasuk juga kandidat yang akan diusung maju menjadi calon Gubernur Bali," kata Demer.
Tanpa persiapan yang matang, kata Demer, Partai Golkar bisa tumbang seperti pilkada di tiga kabupaten tersebut. "Kita akan menyusun strategi dan berkoordinasi dengan pengurus serta kader di kabupaten/kota, sehingga menghadapi Pilkada Bali lebih siap," kata pria asal Kabupaten Buleleng ini.
Menurut dia, saat ini partai berlambang pohon beringin tersebut masih melakukan survei terhadap kader partai maupun tokoh masyarakat yang layak diusung menjadi calon gubernur mendatang.
"Saat ini kami masih melakukan survei terhadap kader partai dan tokoh masyarakat yang cocok diusung Partai Golkar. Siapa pun dari hasil survei tersebut mendapat peringkat tertinggi, maka Golkar akan memilih mereka," katanya.
Sementara itu, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Bali hingga saat ini juga belum mengeluarkan kandidat yang diusung, walau pendaftaran penjaringan dan penyaringan kandidat Gubernur dan Wakil Gubernur Bali sudah dilakukan sejak Agustus 2012.
Hasil pendaftaran penjaringan calon gubernur dan wakil gubernur tersebut berkasnya sudah di DPP PDIP, namun pihak DPP belum mengeluarkan nama yang direkomdasikan untuk menjadi pasangan calon gubernur dan wagub pada Pilkada Bali mendatang.
"Berkasnya sudah di DPP. Sampai saat ini belum ada keputusan dari DPP PDIP kandidat yang akan diusung pada Pilkada Bali mendatang. Kita tunggu calon yang direkomendasi dari DPP," kata Ketua Penjaringan dan Penyaringan Calon Gubernur dan Wagub Bali dari PDIP Bali Wayan Sutena.
PDIP Bali mengajukan tiga calon gubernur yaitu Made Mangku Pastika, Anak Agung Ngurah Puspayoga, dan Wayan Candra. Sedangkan calon wakil gubernur yang diajukan ada lima orang, yaitu Made Arjaya, Arya Wedakarna, Ida Ayu Kondi, Ni Made Sumiati, dan Putu Parwata.