REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER -- Kopi arabika yang ditanam di lereng Kawah Gunung Ijen dan Gunung Raung, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, menembus pasar ekspor di beberapa negara Eropa seperti Swiss dan Belanda.
"Jumlah kopi arabika yang diekspor tahun ini mencapai 440 ton HS (horn skin/kulit tanduk) atau kalau dikonversi menjadi OC (green bean) mencapai 240 ton," kata Ketua Asosiasi Petani Kopi Indonesia, Sunarhum, di sela-sela acara Simposium Nasional Ekonomi Kopi di Universitas Jember, Kamis (8/11).
Sunarhum menjelaskan ekspor kopi arabika Bondowoso tahun ini meningkat dibandingkan tahun lalu yang mencapai 18 ton HS atau tiga kontainer pada pengiriman ekspor perdana. Peningkatan itu menyusul cukup tingginya permintaan pasar internasional.
"Baru-baru ini ada pembeli (buyers) dari Amerika Serikat yang memesan satu kontainer kopi arabika Bondowoso, dan tahun depan juga akan memesan satu kontainer lagi," ungkap Sunarhum.
Selain diekspor, lanjut dia, kopi Arabika Java Ijen-Raung juga diminati sejumlah kafe di Jabodetabek dan beberapa kota besar di Indonesia. Soalnya, kopi arabika Bondowoso memiliki rasa yang unik dan tidak tertandingi.
"Pemesanan kopi arabika di masing-masing kafe yang menyediakan kedai kopi bervariasi yakni 200 kilogram hingga 1,5 ton selama satu musim panen," ucap Sunarhum yang juga petani kopi Arabika Bondowoso itu.
Luas lahan kopi arabika yang dikelola rakyat di kawasan lereng Gunung Ijen dan Gunung Raung di Bondowoso, masih kata Sunarhum, mencapai sepuluh ribu hektare. Sementara jumlah produksi mencapai 500 kilogram hingga satu ton per hektare.
"Jumlah kelompok petani yang tergabung dalam Asosiasi Petani Kopi Indonesia mencapai 30 kelompok, dengan masing-masing kelompok berjumlah 25-50 orang," paparnya.
Petani kopi arabika di Bondowoso itu dibina program 'kluster petani kopi' Bank Indonesia dan Puslit Kopi-Kakao Indonesia di Jember.