REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Pemerintah Aceh diminta serius menerapkan pendidikan Alquran di sekolah-sekolah umum sebagai upaya membebaskan generasi Islam provinsi itu dari buta huruf dan baca Alquran di masa mendatang.
"Kami mendesak pemerintah melalui instansi terkait tentang pendidikan Alquran di sekolah-sekolah dalam provinsi ini," kata Ketua Umum Pengurus Persatuan Guru Baca Tulis Alquran (PGBTQ) Aceh Bahrul Walidin di Banda Aceh, Jumat (9/11).
Desakan itu juga tercantum dalam rekomendasi setelah diskusi sehari yang diikuti puluhan anggota PGBTQ se Aceh bersama kalangan ulama di provinsi berjuluk Serambi Mekah tersebut. Dalam rekomendasi itu, pengurus PGBTQ Aceh juga mendesak adanya kejelasan jam pelajaran baca dan tulis Alquran di sekolah di seluruh provinsi tersebut Aceh.
"Kami juga merekomendasikan agar adanya pemerataan silabus dan buku paket bagi guru caca dan tulis Alquran di kabupaten dan kota," kata Bahrul Walidin didampingi Humas PGBTQ Nasroen Jeunib.
PGBTQ juga merekomendasikan agar Pemerintah Aceh perlu menambah guru baca tulis Alquran bagi sekolah dasar yang belum ada gurunya. Selain itu diharapkan peningkatan keahlian guru baca dan tulis Alquran melalui pelatihan-pelatihan yang sesuai.
"Kami juga meminta Pemerintah Aceh memasukkan pelajaran baca dan tulis Alquran sebagai mata pelajaran muatan lokal di sekolah-sekolah di Aceh," kata Bahrul Walidin.
Sementara itu, Sekjen Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) Tgk Faisal Ali mengharapkan kehadiran PGBTQ akan mampu membebaskan generasi Aceh dari buta huruf Alquran.
Selain itu PGBTQ juga dinilai mampu mengantisipasi upaya pedangkalan aqidah generasi muda Islam oleh pihak-pihak tertentu yang kerap terjadi di provinsi berpenduduk sekitar 4,6 juta jiwa tersebut.
"Kehadiran guru baca dan tulis Alquran sangat mendesak jika dilihat dari kondisi kekinian Aceh dewasa ini. Kedepan, dan bahkan sampai kapanpun guru baca dan tulis Alquran ini harus eksis untuk mengayomi generasi Aceh di bidang pendidikan agama," kata Faisal Ali.