REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Rencana pembangunan enam ruas tol dalam kota yang menghabiskan dana Rp 42 trilyun dinilai lebih baik untuk memperbaiki Busway Transjakarta.
“Lebih baik dikembangkan untuk Transjakarta daripada untuk pembangunan tol,” ujar Direktur Institute for Transportation and Development Policy Yoga Adiwinarto dalam jumpa media yang diselenggarakan Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ), Selasa (13/11).
Yoga menghitung Rp 42 trilyun tersebut bisa dipakai untuk mengoptimalkan Transjakarta hingga mengangkut 1,5 juta penumpang per hari. Rincian hitungan yakni Rp 3,5 trilyun untuk ekspansi halte hingga tiga kali lipat dan mengatasi stasiun pengisian bahan bakar yang langka dengan membeli 10 SBBG dengan nilai Rp 250 milyar.
Sementara itu, Rp 12 trilyun dapat digunakan untuk penambahan 1.000 armada transjakarta dengan tiga kali peremajaan selama 20 tahun. Sementara, sisanya Rp 26 trilyun bisa untuk menggratiskan Transjakarta. Anggaran tersebut digunakan untuk menutup biaya operasional dan manajemen bus selama 20 tahun.
Pengoptimalan Transjakarta tersebut berdasarkan pemanfaatan spasi. Dia mencontohkan setiap ruas jalan dengan spasi 3,5 meter bisa digunakan untuk perjalanan 2.000 orang. Sementara, dengan spase yang sama dapat digunakan untuk 9.000 orang dengan menggunakan bus,, 19.000 orang pejalan kaki atau pedestrian, dan 43.000 orang bila menggunakan transjakarta.