REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Beberapa kota besar dunia seperti Seoul dan San Fransisco telah menghancurkan jalan layang yang ada. Sebab, biaya rekonstruksi atau perbaikan jalan layang yang telah berusia lebih dari 30 tahun lebih mahal dibanding menghancurkannya.
Karena itu, menurut Direktur Institute for Transportation and Development Policy, Yoga Adiwinarto, dalam jumpa media yang diselenggarakan Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ), Selasa (13/11), Ironis bila Indonesia baru mau membangun.
Setelah penghancuran jalan layang, Yoga menyatakan akan muncul regenerasi. Selain meninggikan nilai properti, penghancuran jalan layang meningkatkan jalur hijau dan resapan air serta banyaknya boulevard untuk pejalan kaki.
“Di Seoul nilai properti di sepanjang jalan layang yang dihancurkan meningkat 25 persen sementara di San Fransisco meningkat hingga 300 persen. Negara maju sudah menghancurkan, kenapa kita baru mau membangun,” kata dia.
Pakar transportasi DTKJ Iskandar Abu Bakar mengatakan jika rencana pembangunan enam ruas tol terealisasi akan menyebabkan lalu lintas lebih macet dan kerusakan lingkungan.
Karenanya, dana yang ada seharusnya bisa digunakan seefisien mungkin yakni salah satunya dengan kebijakan yang mendukung angkutan massal.