Kamis 15 Nov 2012 09:35 WIB

Umat Kristiani Ikut Peringati Satu Suro

Rep: Edy Setiyoko/ Red: Hazliansyah
SURO KASUNANAN. Kerbau bule keturunan kerbau pusaka Kyai Slamet Keraton Surakarta Hadiningrat, diarak sebagai pembuka Kirab 1 Suro di kawasan Gladag, Solo, Jateng, Sabtu (26/11) malam. Ritual tersebut dilakukan dalam rangka memperingati Tahun Baru Islam 1
Foto: Antara/Andika Betha
SURO KASUNANAN. Kerbau bule keturunan kerbau pusaka Kyai Slamet Keraton Surakarta Hadiningrat, diarak sebagai pembuka Kirab 1 Suro di kawasan Gladag, Solo, Jateng, Sabtu (26/11) malam. Ritual tersebut dilakukan dalam rangka memperingati Tahun Baru Islam 1

REPUBLIKA.CO.ID, SUKOHARJO -- Peringatan tahun baru muharam, 1434 Hijriyah, atau dalam kalender penanggalan Jawa biasa disebut Satu Suro, tidak hanya diperingati umat muslim. Malam perayaan Satu Suro di Kabupaten Sukoharjo, juga ikut diperingati umat kristiani.

Umat kristiani jamaah Gereja Kristus Raja kompleks Kota Satelit, Solo Baru, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, berpartisipasi memperingati pergantian tahun baru hijriyah. Ratusan umat kristiani mengarak sebuah gunungan berisi hasil bumi keliling gereja. Acara ini berlangsung meriah.

Kirab gunungan digelar usai misa. Gunungan setinggi satu setengah meter digotong ramai-ramai, dibawa keliling. Perjalanan kirab tidak menempuh jalan panjang, seperti kirab pusaka Keraton Kasunanan Surakarta maupun Istana Mangkunegaran dalam perayaan Satu Suro. Rute kirab hanya memutar keliling komplek Gereja Kristus Raja Solo Baru.

Usai dibawa keliling gereja, Gunungan berisi hasil bumi dan buah-buahan diserbu anggota jamaah, sebagian massa pengunjung.

Sriyono, Ketua Paroki Gereja Kristus Raja Solo Baru, mengatakan, prosesi kirab gunungan sengaja digelar pihak jamaah gereja untuk melestarikan budaya Jawa, dan peduli sesama. Pasalnya, menurutnya, makna yang terkandung dalam Satu Suro adalah kepedulian sesama terhadap keprihatinan yang dirasakan saudara tanpa membedakan agama dan golongan apapun.

''Makna dari Satu Suro bagi kami, adalah kepedulian. Kepedulian ini mencakup kepedulian terhadap sesama dan keprihatinan kepada saudara tanpa ada rasa membedakan agama maupun golongan,” ujarnya.

Gunungan yang diarak keliling gereja, akhirnya ludes di serbu para jemaat sebelum sempat diletakkan secara sempurna. Bahkan, para jemaat rela berdesakan dan saling dorong-mendorong untuk mendapatkan isi bagian gunungan.

“Jemaat percaya, gunungan membawa keberuntungan jika di makan bersama keluarga,” katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement