REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYIDAW -- Jelang kedatangan Obama, pemerintah Burma membebaskan lebih dari 452 tahanan. Namun, sejumlah pejuang hak asasi manusia (HAM) menilai tahanan yang dibebaskan tak mencakup tahanan politik.
Amnesti, baru-baru ini, menjadi langkah yang diambil Pemerintah Burma menyambut peringatan HAM di negara penuh konflik itu. Anggota Asosiasi Tahanan Politik yang berbasis di Thailand, Bo Kyi, mengatakan semua tahanan yang dibebaskan adalah tahanan umum, terutama warga negara asing dari Cina, Thailand, dan negara tetangga lainnya.
"Kami tahu bahwa tak ada satupun tahanan politik yang dibebaskan di antara 452 orang tersebut," kata Bo Kyi, dikutip dari the Guardian, Jumat (16/11). Ia mencontohkan U Myint Aye (61 tahun) yang menjadi aktivis HAM Burma masih ditahan di penjara Loikaw.
Obama rencananya akan datang Senin (19/11) pekan depan. AS dan Uni Eropa telah berulangkali menyerukan pembebasan semua tahanan politik yang tersisa di Burma. Sekitar 700 orang telah dibebaskan antara Mei 2011 hingga Juli 2012. Namun, hanya 88 orang pejuang HAM yang termasuk di dalamnya.
Kedatangan Obama ke Burma untuk meredakan hubungan kedua negara. Direktur Burma Campaign UK, Mark Farmaner mengatakan, saat ini Burma masih belum menjadi negara yang normal. "Burma bukan negara demokrasi, sebab catatan HAM-nya masih yang terburuk di dunia," kata Farmaner.
Obama datang juga mengisyaratkan bahwa orang nomor satu di AS itu ingin kembali fokus pada kebijakan luar negeri AS di kawasan Asia Pasifik. Ini terjadi setelah dalam satu dekade AS hanya mengurusi konflik di Timur Tengah saja.
Burma memiliki sumberdaya alam yang melimpah. Lokasinya strategis sebab berbatasan langsung dengan Cina dan India, serta Pelabuhan Hindia. Ini dipandang Obama sebagai kunci untuk memperkuat pengaruh AS. Obama dan Presiden Burma, Thein Sein, juga bertemu untuk menyaksikan hadiah nobel Aung San Suu Kyi.
Obama diperkirakan memberi banyak pertanyaan. Khususnya mengenai hak-hak minoritas di Burma dan kekerasan agamanya. Ini terlihat dari bentrokan antara Muslim Rohingya dengan penganut agama Buddha di negara itu.