REPUBLIKA.CO.ID, KINSHASA -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meluncurkan serangan helikopter yang ditargetkan pada kelompok oposisi M23 di Kongo Timur, Sabtu (17/11). Serangan tersebut menyusul konflik antara oposisi dan militer pemerintah yang terus memburuk sejak Kamis lalu.
Serangan helikopter untuk misi PBB di Kongo, atau yang sering disebut dengan MONUSCO telah bersiaga sejak pertempuran Kongo memanas. Dua perwira dan 151 anggota oposisi Kongo tewas dalam pertempuran yang memanas sejak Kamis (15/11).
PBB menilai pertempuran tersebut sebagai bentrokan terburuk antara M23 dan militer pemerintah Kongo sejak mencuat bulan Juli lalu. Pertempuran Kamis lalu pecah di kota Rugari yang berlokasi di antara kawasan M23 dan posisi militer Kongo.
Kota tersebut hanya berjarak 30 kilometer dari Ibu Kota Goma dan sekitar 15 kilometer dari Kanyaruchinnya, sebuah kamp yang menampung 60 ribu lebih pengungsi. MONUSCO memborbardir M23 di Kota Kibumba, Sabtu.
Menurut Juru Bicara Operasi Penjaga Perdamaian PBB, Kibumba, saat itu telah dikuasai M23. Berdasarkan laporan terakhir, tentara Kongo FARDC dan MONUSCO tengah berusaha menahan M23 yang berusaha menuju ibu kota Goma.
Gubernur Kivu Utara, Julien Paluku mengatakan, mengatakan, militer Kongo sebelumnya telah ditarik mundur dari Kibumba. Kota tersebut berjarak sangat denkat dengan ibu kota, yakni sekitar 30 kilometer dari utara Goma. "Helikopter MONUSCA pagi ini memborbardir posisi M23 di Kota Kibumba. Tentara Kongo mundur setelah ribuan warga Rwanda membantu oposisi dalam serangan Sabtu pagi," ujarnya.
Negara tetangga Kongo, Rwanda, menurut Paluku telah mendukung oposisi dari belakang. Bersama militer Rwanda, oposisi melakukan serangan di Kibumba. "Pertempuran itu sangat keras antara militer Kongo dan oposisi M23 yang disokong pasukan Rwanda. Pasukan Rwanda memborbardir posisi kami di Kibumba sejak pagi tadi dan diperkirakan 3.500 orang mereka menyeberangi perbatasan untuk menyerang kami," tutur gubernur, Sabtu.