Senin 19 Nov 2012 03:03 WIB

Pemilih Obama tak Boleh Beli Senjata

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Dewi Mardiani
Presiden Barack Obama menyampaikan pidato kemenangan di depan para pendukungnya di Chicago, Rabu (7/11). (AP/M. Spencer Green)
Presiden Barack Obama menyampaikan pidato kemenangan di depan para pendukungnya di Chicago, Rabu (7/11). (AP/M. Spencer Green)

REPUBLIKA.CO.ID, Kebencian warga Amerika Serikat (AS) terhadap Presiden Barack Obama berimplikasi kepada para pendukungnya. Di Pinetop, Arizona, AS, sebuah toko penjualan senjata bernama, Otoritas Shooting Southwest (OSS) menolak setiap pembeli yang memilih Obama pada pemilihan presiden lalu.

Pemilik toko, Cope Reynolds mendeklarasikan larangan tersebut dalam iklan-iklan pada harian setempat. White Mountain Independen edisi Jumat (9/11) lalu menerbitkan iklan perdananya dengan judul ''Jika anda memilih Obama, anda tidak diterima di OSS,'' demikian bunyi iklan tersebut.

Reynold mengatakan kepada Huffington Post, mengocek kantong sebanyak 250 dollar As untuk iklan tersebut. Tidak cukup dengan itu, poster besar di pintu utama toko juga bertuliskan nada serupa. "Ini adalah tentang arah negara ini. Dan arah itu sudah berlangsung empat tahun terakhir. Aku pikir orang-orang yang memilih dia (Obama) kebanyakan hanya ingin hidup secara gratis,'' kata dia.

Tidak lama setelah Obama menang dalam pilpres Selasa (6/11) lalu, Gedung Putih merespon positif rencana Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk membahas konvensi penjualan senjata global. Perjanjian internasional itu memungkinkan adanya pembatasan penjualan senjata bagi individu. Namun Reynolds mengaku rencana Washington dan PBB itu tidak berkaitan dengan kampanye yang dilakoninya.

Menurut dia, kampanye tersebut hanyalah sentimen kekecewaannya melihat Obama terpilih kembali sebagai presiden. "Jika seseorang benar-benar percaya bahwa negara ini bisa menjadi lebih kuat dan melakukan lebih baik di bawah kepemimpinan Obama, maka saya merasa mereka cukup bertanggungjawab untuk tidak memiliki senjata,'' dia menambahkan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement