REPUBLIKA.CO.ID, OKLAHOMA--Geram dengan perlakuan diskriminatif pemerintah AS terkait larangan terbang memicu keluarga veteran tentara mengeluarkan petisi via online. Dalam petisi itu, mereka mendesak pemerintah AS menghapus daftar larangan terbang itu.
Ia adalah A.L Long, adik perempuan Saadiq Long--veteran dalam daftar warga dilarang terbang--yang memprakarsai keluarnya petisi itu. Lebih dari 6.000 tanda tangan menyertai petisi yang dibuatnya.
Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) Oklahima turut mendukung petisi itu. Sebelumnya, Saadiq yang mengabdi selama satu dekade di militer AS ini hendak membeli tiket pesawat menuju Oklahoma.
Ini merupakan kunjungan pertama setelah ia menghabiskan waktu mengajar bahasa Inggris di Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab dan Qatar. Namun, ia dikejutkan dengan pemberitahuan perwakilan maskapai penerbangan bahwa ia tidak bisa masuk ke dalam pesawat.
Saadiq tidak peduli dilakukan pemerintah namun ia lebih memikirkan ibunya. Tidak mungkin, ia memaksa ibunya untuk mengunjunginya. "Beliau berjalan saja sulit. Sementara saya tidak bisa pergi dari Qatar. Tidak mungkin saya menggunakan perahu," kata dia.
A.L berharap kakaknya bisa kembali pulang. Sebab, Ibunya sangat menantikan kehadiran kakaknya itu. Harapan yang sama juga dilontarkan CAIR. "Saya kira, Saadiq harus pulang," kata Direktur CAIR Oklahoma, Adam Soltani.
Sebelum kasus Saadiq, sebuah keluarga Muslim juga dilarang memasuki pesawat ketika hendak menuju Orlando, Florida dengan masalah serupa. Yang membuat geger, enam imam tidak masuk dalam daftar penumpang ketika hendak memasuki pesawat hanya karena perilaku mencurigakan.
Mereka ditahan dan dinterograsi selama lebih dari lima jam. Keenam imam itu akhirnya mengajukan gugatan ke pengadilan federal guna menuntut keadilan.