REPUBLIKA.CO.ID, BATAM---Bank Mandiri menghindari kenaikan bunga deposito untuk menjaga likuiditas. Peningkatan dana dan kredit ritel serta layanan wholesale banking lebih dipilih guna menambah likuiditas baik rupiah maupun valuta asing (valas).
Direktur Risk Management Bank Mandiri, Sentot A. Sentausa, mengatakan perbankan saat ini tidak kesulitan likuiditas. Namun, perbankan harus menjaga deposan agar tidak menarik dananya untuk di simpan di bank lain. "Bank Mandiri tidak terapkan kenaikan bunga (deposito) untuk menaikkan likuiditas," ujarnya di Batam, Kamis (22/11).
Untuk menjaga likuiditas, Bank Mandiri akan meningkatkan dana murah dari giro dan tabungan. Sementara, deposito tidak ditarget untuk naik dengan cara mematok bunga tinggi. Pada September 2012, Bank Mandiri mencatat kenaikan tabungan sebesar 22,1 persen menjadi Rp 180,2 triliun. Sementara, total dana pihak ketiga (DPK) perseroan naik dari Rp 376,4 triliun menjadi Rp 430,9 triliun.
Loyalitas deposan, lanjut Sentot akan dijaga dengan layanan wholesale banking atau pelayanan menyeluruh khususnya untuk nasabah korporasi. Layanan bank ditingkatkan agar korporasi bertransaksi dengan jasa Bank Mandiri.
"Dengan begitu, uang akan floating di Bank Mandiri menjadi giro atau tabungan. Kami perkenalkan cash management hingga memberi EDC (Electronic Data Capture) dan ATM," ungkapnya.
Likuiditas juga dijaga dengan menyasar kredit segmen ritel yakni menengah ke bawah. Bank Mandiri menyasar usaha menengah dan kecil yang menjadi suplier untuk usaha lainnya. "Ketiga strategi itu sudah berhasil menaikkan likuiditas," ujarnya.