REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD---Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama pemimpin Kelompok-8 Negara Berkembang (D-8) yang berkumpul di Islamabad, Pakistan, Kamis, sepakat kekerasan dan pertumpahan darah di Suriah dihentikan melalui gencatan senjata.
"Kalau terjadi gencatan senjata, kita akan kirim pasukan penjaga perdamaian. Ini sama ketika kita kirim pasukan untuk menjaga perdamaian ke Libanon," katanya di Islamabad, Kamis malam, sebelum bertolak ke Tanah Air pada pukul 23.00 waktu setempat.
Menurut Presiden Yudhoyono, ia menghabiskan sedikitnya lima jam untuk membahas bagaimana menghentikan kekerasan yang terus berlangsung di Suriah dan juga di Jalur Gaza yang kini mencapai tahap gencatan senjata.
Kepala Negara membicarakan solusi kebuntuan di Timur Tengah tersebut dengan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, Perdana Menteri Turki Recep Tayip Erdogan, Presiden Paklistan Asif Ali Zardari, Wakil Presiden Mesir Mahmud Makki. Dalam pertemuan itu Presiden Yudhoyono didampingi Menlu Marty Natalegawa.
Para pemimpin Negara mayoritas berpenduduk Muslim itu menyepakati tiga hal. Pertama, kekerasan dan pertumpahan darah dihentikan dan dilakukan gencatan senjata. Kedua, disepakati bantuan kemanusiaan. Selama ini, Turki menanggung sendiri para pengungsi Suriah dan Indonesia siap membantu.
"Ketiga, mesti ada transisi kekuasaan, transisi politik ke arah pemerintahan baru," kata Presiden.
Perlunya pemerintahan transisi di Suriah untuk terciptanya perdamaian dan berhentinya pertumpahan darah. Kalau dibiarkan konflik ini berkepanjangan, antara pemerintahan Presiden Bashir Assad dan pihak oposisi, maka eksistensi Suriah akan terancam.
"Kami tidak ingin itu terjadi. Kami sepakat untuk melakukan terobosan ini bukan untuk mengambil alih upaya yang sedang dilakukan pihak lain. Ini adalah niat baik untuk mencari solusi," katanya.