Sabtu 24 Nov 2012 01:12 WIB

Usia Produktif Rentan TBC Kebal Obat

Rep: Bilal Ramadhan/ Red: Dewi Mardiani
Penyakit TBC (ilustrasi).
Foto: gsahs.nsw.gov.au
Penyakit TBC (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus penyakit tuberkulosis (TBC atau saat ini dikenal TB) di Indonesia masih menempati posisi keempat terbesar di dunia. Saat ini di Indonesia, jumlah rumah sakit yang sudah menjadi pusat rujukan masih minim, yaitu hanya lima rumah sakit yaitu RSUD Dr Soetomo, RSU Saiful Anwar, RSUD Moewardi, RSUD Labuang Baji dan RS Persahabatan.

Untuk di Jakarta dan kota-kota sekitarnya, RS Persahabatan masih menjadi pusat rujukan utama bagi pasien penderita TB. Bahkan pasien TB yang berobat di RS Persahabatan tidak hanya dari Jakarta, tapi juga kota-kota lainnya di luar Pulau Jawa.

Berdasarkan data dari RS Persahabatan, setiap bulannya rumah sakit ini menerima suspek kasus TB sebanyak 1.000 kasus per bulan. Sedangkan untuk kasusnya ditemukan sebanyak 3.00 kasus TB per bulan dan 1.500 di antaranya TB positif.

Sedangkan untuk penderita tuberculosis multidrug resistant (MDR) atau kebal obat juga terus meningkat tiap tahunnya. Pada 2009 terdapat 90 pasien penderita TB MDR lalu meningkat pada 2010 sebanyak 290 pasien, pada 2011 sebanyak 486 pasien dan hingga kuarter ketiga 2012 sudah terdapat sebanyak 390 pasien.

“Penyakit TB MDR ini sebagian besar menyerang pada usia-usia produktif sekitar 25-44 tahun,” kata Dokter spesialis paru konsultan RS Persahabatan, Erlina Burha, dalam jumpa pers di RS Persahabatan, Jakarta, Jumat (23/11).

Erlina memaparkan data pasien penderita TB MDR di RS Persahabatan berdasarkan usianya, usia antara 15-24 tahun tercatat sebanyak 155 pasien. Jumlah ini meningkat pada tingkatan usia antara 25-34 tahun yang sebanyak 339 pasien dan sebanyak 311 pasien pada tingkatan usia antara 35-44 tahun.

Ia menjelaskan penderita TB MDR ini merupakan penderita yang tidak melakukan pengobatan secara tuntas di rumah sakit. Umumnya penderita TB MDR ini harus meminum obat selama dua tahun dengan enam bulan pertama melakukan suntik setiap harinya.

Pasien yang akhirnya menderita TB MDR hanya berobat sebagian waktu pengobatannya, sehingga membuat bakteri penyakit ini terus berkembang dan resisten terhadap obat-obatan. Pasien dengan TB MDR ini ditangani secara khusus dan terpisah dari penderita TB yang biasa.

Saat ini, RS Persahabatan sedang menangani sebanyak 480 pasien TB MDR dengan sebanyak 338 di antaranya masih melakukan pengobatan. Sedangkan sisanya sudah meninggal dunia. Penyebabnya macam-macam, di antaranya alasan tidak ada yang mengantar karena rumahnya jauh dari rumah sakit maupun tidak juga melakukan pengobatan takut ketahuan dan dipecat dari pekerjaannya.

Maka dari itu, RS Persahabatn membuka salah satu ruang khusus untuk membuka pelayanan pengobatan bagi penderita TB MDR selama 24 jam. RS Persahabatan juga memiliki sebanyak 18 puskesmas yang sudah dilatih untuk menangani pasien tersebut. “Pernah ada pasien TB MDR yang datang pada jam 12 malam (24.00 WIB) atau jam 2 pagi (02.00 WIB),” tuturnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement