Senin 26 Nov 2012 06:20 WIB

Penulis Sufi Klasik: Sa'di asy-Syirazi (1)

Ilustrasi
Foto: blogspot.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Sulit menemukan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan pencapaian Sa'di, penulis klasik abad ke-13.

Para kritikus Barat kagum bahwa Sa'di dapat menulis dua karya klasik yang luar biasa, “The Orchard” (Bustan) dan “The Rose Garden” (Gulistan) dalam jangka waktu dua atau tiga tahun.

Dua karya utama ini, sangat dikenal oleh setiap orang Persia dan dihargai sebagai prestasi tertinggi, karena kekayaan materi dan keindahan syair yang nyaris sulit dicari tandingnya.

Sa'di seorang yang tiada memiliki apa pun, hampir sepanjang hidupnya mengembara. Ia dididik oleh guru Sufi, Gilani (al-Jilani) dan Suhrawardi.

Dalam The Rose Garden, Sa'di menyempurnakan tulisannya (tetap tidak dapat diterjemahkan dalam berbagai bahasa Barat) dengan bahasa dan struktur sederhana yang digunakan sebagai buku pegangan utama murid-murid Persia, dan seolah hanya mengandung cerita-cerita dan aforisme moral.

Sementara itu, pada saat yang sama hal itu diakui oleh sebagian besar kaum sufi masyhur, sebagai pengetahuan sufistik paling dalam yang dapat ditulis.

Keheranan atas pencapaian ini, ketika seseorang melihat tingkat-tingkat yang berbeda dari materi tersebut tersambung satu sama lain, tidak dapat diungkapkan.

Dua buku ini tidak hanya mengandung kutipan-kutipan, peribahasa, praktik kebijakan, dan pernyataan pemikiran; tetapi ditulis dengan cara yang dapat diterima oleh mereka yang dibutakan oleh kefanatikan agama. Dengan cara ini Sa'di menerima, membentuk dan meneruskan pemahaman Sufi.

Pilihannya terhadap bentuk literatur klasik, memastikan pemeliharaan dan pengkomunikasian pesan-pesannya sepanjang masa; karena tidak seorang pun dapat memisahkan Sa'di dari literatur Persia, dan karena itu sufisme terlindungi dengan cara ini.

Kutipan karya-karya berikut adalah tulisan terjemahan, untuk menunjukkan bagaimana mudahnya bagi pembaca awam.

Mencabut bulu ketidakpedulian dari telinga orang yang sadar, agar kearifan orang mati dapat menjangkau telingamu.

Pintu

    Orang yang tidak beruntung adalah orang

    yang memalingkan kepalanya dari pintu ini.

    Karena ia tidak akan menemukan pintu lainnya.

Permata Dan Debu

    Mutiara yang jatuh ke lumpur tetap berharga.

    Debu yang naik ke firdaus, tetap tidak berharga.

Hari Peperangan

    Di hari peperangan, kuda gesit

    --bukan lembu jantan yang lamban--

    itulah yang akan digunakan.

sumber : Jalan Sufi: Reportase Dunia Ma'rifat oleh Idries Shah
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement