REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi IV DPR menilai persoalan terkait sapi maupun daging sapi bakalan yang mengemuka sampai saat ini tak lepas dari gabungan berbagai macam masalah. Ketua Komisi IV DPR, Romahurmuziy, mengatakan salah satu penyebabnya adalah kenaikan harga karena pembelian sapi bakalan secara serentak di tingkat peternak.
Demikian diungkapkan oleh Romy (sapaan akrabnya) usai menghadiri Seminar Strategi Kebijakan Peningkatan Daya Saing Sektor Kehutanan di Hotel Santika Premiere, Jakarta, kemarin sore. "Pembelian serentak ini yang mengakibatkan kenaikan harga," tutur Romy.
Romy mengungkapkan, saat ini terjadi persaingan antara penjagal, rumah potong hewan (RPH), hingga perusahaan penggemukkan sapi (feedloter) untuk melakukan pembelian sapi bakalan di tingkat peternak.
Selain ketiga pihak di atas, badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak di bidang peternakan juga melakukan pembelian di tingkat peternak. Akibatnya, harga sapi di tingkat peternak mengalami peningkatan.
Di samping rebutan pembelian sapi bakalan di tingkat peternak, Romy menyebut program pemerintah di seluruh level pemerintahan (Kementerian Pertanian, provinsi dan kabupaten) kebanyakan cair di semester kedua 2012. "Inti dari program pemerintah adalah pengadaan (sapi) bakalan. Sehingga, kata dia, semua para pelaksana proyek menjalankan pembelian," ujar Romy.
Sekjen PPP ini mengatakan, habisnya kuota impor sapi bakalan dan daging sapi untuk 2012 membuat hukum supply and demand berlaku. "Sehingga harga naik."
Romy juga menyayangkan adanya surat edaran oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab terhadap stake holder yang terkait dengan daging sapi. Surat edaran itu berisi imbauan agar pedagang tidak melakukan penjualan daging dan pemotongan sapi. Menurut Romy, hal itu tidak sehat dan pihaknya menduga ini merupakan rekayasa agar adanya tuntutan tambahan kuota impor sapi bakalan dan daging sapi dimuluskan. "Tuntutan itu kami tolak keras dari Komisi IV," kata Romy.