REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Departemen Keuangan AS, Selasa, memutuskan bahwa Cina tidak memanipulasi mata uangnya. Namun demikian Departemen Keuangan AS mengatakan bahwa renminbi (yuan) masih "undervalued".
Dalam sebuah temuan dua kali setahun untuk menjawab kritik kongres tentang keuntungan perdagangan bilateral luar biasa Cina, Departemen Keuangan mengatakan, Beijing tidak memenuhi definisi manipulator mata uang berdasarkan hukum AS, yang dapat memicu sanksi perdagangan AS.
Departemen Keuangan berpendapat bahwa Cina mengetahui bahwa apresiasi mata uang adalah kepentingannya sendiri, dan mengatakan renminbi (RMB) -- juga disebut yuan --, naik 9,3 persen terhadap dolar antara Juni 2010 hingga November 2012.
Pengukuran nilai tukar riil efektif -- yang relatif membebani daya saing biaya China -- Departemen Keuangan mengatakan, renminbi naik 6,2 persen pada 2011, dan datar tahun ini, tetapi naik 27 persen sejak pertengahan 2005.
Namun demikian, didasarkan pada cadangan devisa Beijing yang besar dan surplus perdagangan yang kuat, apresiasi renminbi "tidak cukup."
Hal tersebut dan faktor-faktor lain "menunjukkan bahwa kurs riil dari RMB tetap signifikan undervalued (di bawah nilainya) dan penguatan lebih lanjut RMB terhadap dolar dan mata uang utama lainnya dibenarkan."
Setelah mencapai terendah satu tahun pada Juli sekitar 6,39 RMB per dolar, mata uang telah terus naik dalam beberapa pekan terakhir mencapai rekor tinggi baru 6,22 RMB per dolar pada Senin.