REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Satu delegasi NATO tiba di Provinsi Malatya, Turki timur, Selasa (27/11). Menurut laporan kantor berita Anatolia, mereka ke Turki guna meneliti tempat yang direncanakan menjadi lokasi penggelaran sistem rudal Patriot.
Delegasi itu direncanakan meneliti wilayah tersebut dan kemudian meninggalkan kota itu pada Kamis, kata laporan tersebut.
Di dalam wawancara dengan stasiun televisi Turki, NTV, Selasa (27/11), Sekretaris Jenderal NATO, Anders Fogh Rasmussen, mengatakan keputusan NATO untuk mensahkan penggelaran rudal akan dibuat dalam beberapa hari ke depan.
Ia menambahkan persetujuan oleh parlemen negara anggota diperlukan oleh organisasi tersebut untuk mengirim rudal. Dilaporkan Xinhua, Rasmussen mengatakan rudal itu akan ditempatkan di negara sekutu NATO dan akan berada di bawah komando persetukuan tersebut.
Pada Rabu lalu (21/11), Turki mengajukan permintaan resmi bagi penggelaran rudal Patriot di sepanjang perbatasannya dengan Suriah. Di perbatasan terjadi peningkatan ketegangan antara kedua negara itu setelah peluru nyasar Suriah mendarat di Turki, dan menewaskan lima orang.
"Jika disetujui, penggelaran itu akan dilakukan sejalan dengan rencana pertahanan udara NATO. Terserah kepada negara individu NATO yang menerima rudal Patriot," kata Rasmussen.
Amerika Serikat, Jerman dan Belanda adalah tiga negara anggota NATO yang memiliki rudal Patriot di dalam simpanan senjata mereka.
NATO pernah menempatkan baterei rudal anti-pesawat tersebut di Turki dua kali selama perang Irak 1991 dan 2003. Baterai rudal itu tak pernah digunakan dan dipindahkan lagi beberapa bulan kemudian.