REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Delegasi lebih dari 60 negara sepakat untuk meningkatkan tekanan pada pemerintah Presiden Bashar al-Assad dan mendesak masyarakat internasional untuk bersatu memaksa perubahan di Suriah.
Sahabat Suriah (Friends of Syria) mengutuk pembunuhan, yang meningkat pengeboman perumahan di sejumlah daerah dan pelanggaran berat hak asasi manusia, yang telah terjadi sejak pasukan Bashar bergerak untuk menghancurkan pemberontak.
Pada pertemuan di ibu kota Jepang, kelima sejak berdirinya kelompok tersebut, menyerukan embargo minyak penuh pada Suriah, langkah yang bertujuan untuk memotong sumber mata uang untuk rezim Bashar.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah pertemuan itu, kelompok tersebut, yang mencakup negara Barat dan Arab, menyerukan semua anggota masyarakat internasional, terutama anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk mengambil tindakan cepat, bertanggung jawab dan tegas.
Dua dari lima anggota tetap Dewan Keamanan yaitu China dan Rusia telah menghambat resolusi Dewan Keamanan PBB menyangkut Suriah.
Pernyataan tersebut menyambut terbentuknya Koalisi Nasional yang baru, yaitu kelompok oposisi yang telah diakui Inggris, Perancis dan Spanyol sebagai perwakilan yang sah dari Suriah.
Hal ini juga menyerukan sanksi untuk memperketat daerah di sekitar rezim, yang menegaskan bahwa efek buruk yang diderita oleh rakyat adalah kesalahan pemerintah di Damaskus.
"Kelompok tersebut menyerukan kepada komunitas keuangan dan bisnis internasional untuk mematuhi langkah-langkah yang sedang berlangsung dan yang akan datang saat melawan rezim Suriah," kata pernyataan tersebut.