Ahad 02 Dec 2012 14:27 WIB

Muhammadiyah Harus Futuristik

Rep: Erik Purnama Putra/ Red: Dewi Mardiani
Universitas Muhammadiyah Malang
Foto: .
Universitas Muhammadiyah Malang

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Seminar International Research Conference on Muhammadiyah (IRCM) di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) resmi ditutup, Ahad (2/12). Banyak kritik dan masukan yang dilontarkan puluhan peneliti dari luar negeri maupun dalam negeri sebagai bahan evaluasi gerakan dakwah Muhammadiyah.

Mantan wakil ketua PP Muhammadiyah, Amin Abdullah, menyebut setidaknya empat masalah pokok yang sekarang dihadapi Muhammadiyah. Karena itu, kata dia, perlu dilakukan revitalisasi dan rekonstruksi visi dan misi organisasi.

Masalah itu, kata Amin, meliputi perlunya memodernisasi teologi, menumbuhkan mental religiusitas, peningkatan kualitas studi Islam kontemporer, serta penajaman pengajaran ilmu sosial dan humanisme, yang mencakup penanganan manajemen dan resolusi konflik. "Muhammadiyah harus melihat jauh ke depan dari masa akan datang dalam melihat masalah dan menatap abad kedua," kata Amin, Ahad.

Hal itu dilakukan sebagai respon atas ajaran KH Ahmad Dahlan yang menyebarkan gagasan Muhammadiyah harus mendorong umat menjadi penganut Islam berkemajuan. Menurut Amin, Muhammadiyah sebenarnya sudah melakukan banyak pencapaian di bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan sosial. Itu ditandai dengan berdirinya puluhan ribu aset yang tersebar di seluruh penjuru negeri milik organisasi yang berdiri pada 1912.

"Bisa dikatakan Muhammadiyah sudah berkontribusi besar, namun perlu terus ditingkatkan. Apalagi Muhammadiyah sekarang mulai menggiatkan gerakan mengeluarkan zakat yang ini sangat penting," katanya.

Guru besar emiritus Chiba University, Jepang, Mitsuo Nakamura menilai gerakan dakwah Muhammadiyah mampu bertahan menghadapi tantangan zaman. Dengan segala kekurangannya, kata dia, Muhammadiyah telah memberi warna tersendiri bagi kehidupan keberagamaan masyarakat Indonesia.

"Islam itu satu. Tapi ekspresi terhadap nilai-nilai keagamaan itu yang berbeda. Muhammadiyah juga mengakomodasi budaya lokal dan memiliki program kemajuan dari waktu ke waktu," katanya.

Peneliti Emory University, Amerika Serikat, Claire-Marie Hefner mengagumi kurikulum pendidikan yang diajarkan di Muhammadiyah. Pendidikan Muhammadiyah dianggapnya demokratis dan maju dalam mengelola isu gender. "Kesetaraan gender ini mengagumkan, ini termasuk integrasi dalam pendidikan agama dan umum yang bisa diterapkan bersama."

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement