REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Asisten Profesor Sosiologi, Universitas North Carolina, Christopher Bail, menuturkan terbentuknya Islamofobia tak lepas dari absennya organisasi muslim.
Menurutnya, mereka lebih banyak berhubungan dengan media untuk mengurusi masalah ekstrimis. Sementara, media massa Amerika Serikat, hampir sepenuhnya mengabaikan usaha organisasi Islam untuk menangani masalah itu.
"Jelas, masalah itu dikombinasikan dengan peringatan emosional organisasi anti-Islam sehingga membuat semacam representasi yang menyimpang tentang Islam," kata dia seperti dikutip Onislam.net.
Namun, Bail melihat ada perubahan strategi yang dilakukan organisasi Islam belakangan. Mereka tidak lagi fokus terhadap masalah ekstrimis, tetapi juga mempromosikan ajaran Islam. (baca: Media AS Ciptakan Islamofobia).
Itu terlihat dari organisasi seperti Forum Pusat Kebijakan Keamanan Timur Tengah melalui proyek 'Watch Islam'. "Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) contoh lainnya. Mereka sukses menggandeng media massa AS," imbuhnya.
Bail percaya kendati organisasi Islam terlambat, masih ada harapan di masa depan. "Bangsa AS telah menanamkan toleransi beragama dalam karakter nasional kita. Umat Islam sendiri telah menjadi bagian dari kekuatan positif sejarah AS sejak abad ke-19," ucapnya mengakhiri.