REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat hubungan internasional, Hikmahanto Juwana, menilai langkah FIFA ini merupakan lompatan yang signifikan dalam perjuangan politik Palestina di pergaulan global. Ini merupakan satu bukti pengakuan dunia terhadap kedaulatan Palestina setelah baru saja ditasbihkan sebagai negara pemantau di PBB.
"Ini kabar yang sangat menggembirakan. Ini adalah sinyal bagi Israel dan Amerika Serikat bahwa mereka tidak bisa membendung keinginan dunia untuk memberikan tempat bagi negara Palestina merdeka," kata guru besar dari Universitas Indonesia ini.
Lebih lanjut, Hikmahanto menilai pengeboman Israel terhadap stadion di Gaza merupakan bentuk kejahatan perang yang tidak dapat ditolerir. Sebagai negara pemantau, Palestina kini bisa melaporkan kejahatan perang Israel ke Mahkamah Pidana Internasional (ICC).
"Sayangnya pengeboman stadion itu terjadi sebelum Palestina diakui sebagai negara pemantau. Karena, bisa saja Amerika Serikat memblok laporan tersebut ke ICC," imbuhnya.
Pengeboman Israel ke Palestine Stadium juga mendapat protes keras dari kalangan pesepakbola dunia. Kelompok pemain ternama di liga-liga Eropa menyerukan boikot terhadap rencana penyelenggaraan Piala Eropa U-21 di Israel tahun 2013 mendatang.
Kelompok tanpa nama ini menandatangani pernyataan keprihatinan terhadap serangan sepihak Israel ke Jalur Gaza yang seperti tak pernah ada akhirnya. Beberapa nama besar yang ikut menandatangani pernyataan tersebut adalah Eden Hazard (Chelsea), Abou Diaby (Arsenal), Papiss Cisse (Newcastle United), serta Didier Drogba dan Frederic Kanoute yang kini berlaga di Liga Cina.
Legenda hidup sepak bola Prancis, Eric Cantona juga turut buka suara. Ia mendukung seruan perlawanan terhadap rencana perhelatan Piala Eropa U-21 di Israel. Karena, itu sama saja membenarkan sikap Israel yang mengekang kemajuan sepak bola Palestina. "Sekarang waktunya untuk mengakhiri impunitas Israel dan memberlakukan kesamaan derajat dan keadilan bagi semua negara," ujarnya.