REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Rencana Korea Utara melakukan uji coba roket jarak jauhnya ditentang negara pendukung. Cina dan Rusia mendesak Pyongyang membatalkan rencana tersebut. Stabilitas kawasan menjadi pertimbangan desakan tersebut.
''Kami percaya tetangga kami (Korea Utara) mampu mempertahankan perdamaian dan stabilitas keamanan di semenanjung,'' Juru Bicara Menteri Luar Negeri Cina, Hong Lei mengatakan demikian, seperti dilansir Reuters, Senin (3/12).
Pernyataan ini adalah tidak biasa dilakukan oleh Beijing terhadap negara karibnya itu.Hong Lei mengatakan rencana tersebut akan menyulut reaksi internasional yang berlebihan. Apalagi kata dia, peluncuran roket Korut adalah bukan yang pertama kali. Belajar dari upaya sebelumnya, percobaan roket negara tertutup tersebut akan mengundang kecurigaan bagi kawasan.
Beijing juga mendesak semua negara-negara yang berpihak bagi kawasan untuk tidak kaget atas rencana tersebut. Hong Lei mengatakan agar internasional bersikap tenang dan tidak terpancing suasana. Dia berjanji Pemerintahan Hu Jintao akan mengambil alih situasi dan menenangkan kawasan tersebut.
''Tidak ada langkah apapun yang perlu disikapi. Cina akan tetap berhubungan dan berkordinasi dengan semua negara (dikawasan),'' dia melanjutkan.
Negara yang tidak biasa mengeritik aksi 'unjuk gigi' persenjataan Korut lainnya adalah Rusia. Moskow menyampaikan desakan agar Korut urung dengan rencana tersebut. Kementerian Luar Negeri di Moskow mengingatkan penting bagi Kim Jong-un membatalkan uji coba roket tersebut. ''Kami dengan keras akan mengajukan keberatan ke pemerintahan (Korut) untuk mempertimbangkan peluncuran roket,'' Kemenlu Rusia mengatakan demikian.
Reuters mengatakan, kebijakan Rusia sebenarnya bukan kali pertama. Pada April lalu, Presiden Vladimir Putin juga menyayangkan aksi nekat Korut yang tetap menguji coba persenjataan roketnya. Walau dikatakan gagal, namun, Moskow beralasan situasi di Semenanjung Korea patut dipertimbangkan keteduhannya.
Rusia mengajak Korut untuk bersama-sama bertanggung jawab dalam urusan tersebut. Moskow beralasan mudah, dengan menyebutkan resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK-PBB) pada 1874. ''Sebagai anggota PBB, Korut kami pastikan untuk mentaati aturan tersebut,'' Kementerian Luar Negeri melanjutkan, seperti dilansir South China Morning Post, Senin (3/12).
Korut merencanakan untuk menguji coba peluncuran roket jarang jauhnya akhir pekan mendatang. Saat Sabtu (1/12) Pemerintah Pyongyang berkeras aksinya kali ini adalah kegiatan ilmiah untuk menjalankan riset. Negara Sosialis-Komunis ini mengaku roket tersebut hanya untuk menerbangkan satelit.