Rabu 05 Dec 2012 02:40 WIB

Sumber Intel AS: Suriah Mulai Produksi Gas Sarin untuk Serangan

Masker gas yang digunakan dalam peperangan
Foto: CHATS WORTH
Masker gas yang digunakan dalam peperangan

REPUBLIKA.CO.ID, Para pakar yang bekerja di bawah rezim Assad di Suriah mulai mengombinasikan dua bahan baku kimia yang dibutuhkan untuk menghasilkan gas sarin. Informasi itu disampaikan seorang pejabat Amerika yang paham dengan situasi itu kepada Danger Room, Wired, awal pekan ini.

Pengamat internasional kini benar-benar cemas ketimbang sebelumnya terkait potensi apakah Damaskus cukup bernyali menggunakan pasokan gas mematikan untuk membantai rakyatnya sendiri.

Amerika Serikat, masih menurut keterangan si pejabat, tidak tahu mengapa militer Suriah melakukan manuver tersebut, yang dimulai pada pertengahan pekan lalu di Suriah tengah. AS pun tak yakni apakah pemerintah Suriah telah mendistribusikan beberapa senjata itu ke lokasi berbeda dalam negara, seperti dilaporkan New York Times, Senin.

Ujung semua itu satu, senjata gas sarin kini disiapkan untuk digunakan, begitu Assad memencet tombol.

"Secara fisik mereka sampai ke titik di mana mereka bisa mengangkutnya di pesawat dan menjatuhkannya," imbuh sumber tersebut.

Gas Sarin memiliki dua komponen utama kimia — isopropanol, secara populer dikenal sebagai alkohol gosok dan metilfosfonil diflorida. Pemerintah Assad memiliki lebih dari 500 ton metrik bahan baku tadi, yang dalam bentuk asli disimpan terpisah, atau dipanggil bentuk 'biner' untuk mencegah pelepasan gas sarin tanpa dikehendaki.

 

Pekan lalu, situasi berubah. Militer Suriah mulai mengombinasikan dua komponen biner tersebut. Mereka, menurut laporan, tidak mencampurkan keseluruhan, hanya kuantitas moderat. "Kami tidak yakin maksud di balik itu," ujarnya.

Pada Juli lalu, rezim Assad mengingatkan bahwa mereka mungkin akan menggunakan senjata kimia untuk menghentikan pasukan 'eksternal' agar tak mencampuri konflik berdarah di dalam Suriah. Pengumuman itu memicu kepanikan intelijen AS dan sekutunya, hingga meningkatkan upaya penghadangan terhadap semua bahan baku pembuat senjata itu agar tak memasuki Suriah.

"Kali ini lebih serius ketimbang Juli lalu," ujar si pejabat.

Sementara di Pentagon, juru bicara George Little berkata 'setiap pertimbangan penggunaan senjata kimia oleh rezim Suriah tak bisa diterima. Di Praha, Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, menyebut penggunaan senjata semacam itu 'garis merah' yang bisa memicu respons nyata dari AS. Little menolak merinci detail respons apa yang mungkin diberikan AS.

"Rezim Suriah harus menjaga keamanan atas stok senjata kimianya dan tidak boleh menggunakan senjata kimia terhadap rakyanya sendiri," tegas Littel.

Tidak jelas apakah langkah senjata kimia itu persiapan untuk serangan dari luar. Namun negara-negara Timur Tengah dan grup internasional kini mulai mengambil langkah siaga dari bahaya konvensional atau yang ditimbulkan

PBB pun menarik seluruh staf nonesensial keluar dari Damaskus. Mesir juga memerintahkan pesawat komersial yang berencana ke Damaskus berbalik arah, dan diam-diam Israel, menurut laporan the Atlantic, melalui Yordania berniat mengetahui lokasi penyimpanan senjata kimia. Pejabat Pentagon menyatakan untuk mengamankan lokasi penyimpanan dibutuhkan paling tidak 75 ribu pasukan--satu indikasi keengganan Pentagon untuk terlibat lebih dalam di Suriah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement