REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran mengklaim berhasil menangkap pesawat mata-mata tanpa awak milik Amerika Serikat.
Panglima Pasukan Garda Revolusi Islam Iran (Pasdaran), Brigadir Jenderal Hossein Salami menyatakan penangkapan drone ScanEagle membuktikan kelemahan Amerika Serikat dalam berhadapan dengan Iran.
"Kegagalan baru AS dalam operasi mata-mata pesawat tanpa awak ini menunjukkan bahwa pemerintah AS, meski memiliki kekuatan besar di bidang militer dan ekonomi serta dominasinya pada tatanan politik dunia, tidak mampu menghadapi Republik Islam, dan Iran dengan mudah dapat menggagalkan semua rencananya," kata Salami seperti dikutip laman Irib.
Ia menekankan bahwa Iran berhasil menggagalkan plot musuh di saat mereka memberlakukan sanksi anti-Republik Islam. "Seandainya Amerika AS yang menghadapi sanksi seperti ini, maka negara itu akan runtuh dalam sehari," kata Salami.
Sebelumnya pada hari yang sama, Panglima Angkatan Laut Pasdaran mengkonfirmasikan penangkapan sebuah pesawat tanpa awak Amerika Serikat oleh pasukan angkatan laut Pasdaran di kawasan Teluk Persia.
Drone ScanEagle, pesawat bersayap tiga meter itu merupakan pesawat tanpa buatan Insitu, anak perusahaan Boeing yang memiliki durasi terbang paling lama.
Situs Wall Street Journal dalam laporannya Ahad 2 Desember 2012 mengutip keterangan seorang pejabat AS yang mengatakan bahwa Washington telah meningkatkan operasinya memata-matai instalasi nuklir Bushehr di selatan Iran "selama dua bulan terakhir."
Setahun lalu, Iran juga berhasil mendaratkan pesawat tanpa awak RQ-170 "Sentinel" yang terbang menyusup wilayah udara Republik Islam di kota Kashmar, sekitar 140 mil (225km) dari perbatasan Afghanistan.
Bulan lalu, pasukan Iran mengusir pesawat tanpa AS yang berusaha menerobos wilayah udara Republik Islam di perairan Teluk Persia.