REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK--Komunitas Muslim Hispanik merasa perlu untuk membuat satu paguyuban guna menjembatani komunikasi di antara mereka. Ini menjadi hal mendesak mengingat pertumbuhan populasi Muslim Hispanik kian pesat.
Zainab Al-Samat, Muslim Hispanik yang berasal dari Republik Dominika, mengaku kesulitan untuk bertemu dengan saudara mereka. "Aku berharap sekali bisa bertemu mereka," kata dia seperti dikutip Harian Norwood, Rabu (5/12).
Di tempat ia mempelajari Islam, Masjid Annasr, ia hanya bertemu dengan seorang Hispanik yang bekerja di Brooklyn.
Senada dengan Zainab, Ramon Ocasio, yang menjadi muslim pada tahun 1973, mengharapkan bisa bertemu dengan Muslim Hispanik lainnya. "Saya dengar jumlahnya banyak. Tapi mengapa saya tidak bisa bertemu dengan mereka," kata dia.
Impian membentuk paguyuban ini sudah ada sejak 1985. Pada saat itu, didirikanlah organisasi bernama Alianza Islamica. Organisasi ini didirikan Muslim Hispanik asal Puerto Rico. Tapi organisasi ini bubar karena konflik internal. Setelah itu, sejumlah anggota yang tersisa mencoba untuk kembali membangun organisasi.
Hasilnya, Aisha Ahmed Hernandez mendirikan Asosiasi Muslimah Amerika Latin pada tahun 2007. Saat ini jumlah anggota mencapai 500 orang.
"Kami mencoba untuk menjaga identitas sebagai Hispanik dan muslim. Tentu keberadaan saudara yang lain mempermudah itu," kata Ocasio.
Data Dewan Hubungan Islam Amerika (CAIR) dan Masyarakat Islam Amerika Utara (ISNA) menyebutkan populasi Muslim Hispanik di AS mencapai 40 ribu.
Tapi, menurut survei yang dilakukan oleh Latino American Dawah Organization (LADO), yang misinya adalah untuk mempromosikan Islam dalam komunitas Latin di Amerika Serikat, menyebutkan jumlah Latino yang memeluk Islam sedikit lebih banyak kaum perempuan dibanding laki-laki, dengan persentase 60:40.