REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebobrokan sepak bola Indonesia yang menumbalkan nyawa pemain Persis Solo, Diego Mendieta, terus menuai kecaman berbagai pihak. Revolusi dan pembenahan sepak bola Indonesia, mutlak diperlukan untuk menyudahi bencana kemanusiaan ini.
Koordinator Save Our Soccer (SOS), Apung Widadi mendukung penuh tindakan Asosiasi Pesepakbola Profesional (FIFPro) yang melayangkan laporan ke FIFA atas kasus penunggakan gaji yang menambah daftar alasan wafatnya pemain berpaspor Paraguay tersebut. "Ada persoalan penting mengenai hak-hak para pemain yang kerap terabaikan oleh klubnya," kata Apung ketika dihubungi, Kamis (6/12).
Menurutnya, laporan tersebut merupakan bentuk dari keprihatinan masyarakat atas bobroknya manajemen sepak bola tanah air. "Persoalan ini merupakan puncak gunung es dari berbagai persoalan yang menghinggapi sepak bola Tanah Air," tambah Apung.
Satu hal yang ditekankan Apung. Laporan ini memang mesti dipertimbangkan FIFA untuk segera ditindaklanjuti. Kalau memang benar demikian, tambahnya. Indonesia harus secara tegas membersihkan segala bentuk kompetisi yang ilegal. Seperti diketahui, Persis Solo merupakan klub yang bermain di luar kompetisi resmi PSSI.
Tak hanya itu, tambah Apung. Persoalan Mendieta juga bisa menyeret ke kasus kekisruhan sepak bola yang bermuara pada dualisme PSSI dan KPSI. Baginya, bukan hal yang tak mungkin. Persoalan Mendieta, memiliki keterkaitan dengan perebutan tahta kedua badan tersebut. "Saya pikir sudah saatnya kasus ini juga menyeret persoalan dualisme yang terjadi di tubuh sepak bola kita," tutupnya.