REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN--Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertemu dengan Kanselir Jerman Angela Merkel, Rabu (5/12) malam waktu setempat. Beberapa agenda dalam pertemuan rutin bilateral tersebut yakni komitmen keamanan untuk Israel dan rencana pembangunan pemukiman Israel.
Agenda itu menjadi salah satu pembahasan Netanyahu dan Merkel terjadi lantaran Israel menghadapi tekanan internasional untuk mundur dari rencana membangun unit perumahan baru. Pemukiman akan dibangun di Yerusalem Timur, Tepi Barat, dan daerah yang dikenal sebagai E1, yang menghubungkan Yerusalem dan Maaleh Adumim.
Seorang pejabat dengan rombongan perdana menteri tersebut mencatat bahwa suasana di pertemuan yang seharusnya berlangsung satu setengah jam ternyata berlangsung selama lebih dari tiga jam.
Menurut sebuah laporan di surat kabar Haaretz, Netanyahu bermaksud untuk memberitahu Merkel dirinya tidak akan mundur dari rencana pembangunan pemukiman.
Beberapa negara Eropa, termasuk Inggris dan Perancis, telah memanggil duta besar Israel untuk mengekspresikan protes resmi atas rencana pembangunan.
Sedangkan Jerman, memilih tak bersikap sekeras tetangganya, mengatakan, sangat prihatin tentang rencana itu dan tidak akan memanggil duta Israel ke Berlin.
Merkel mengatakan pada Sabtu (1/12) lalu, bahwa Jerman mempertahankan komitmen terhadap keamanan Israel. "Jerman akan selalu berdiri di samping Israel," ujar Merkel sebagai tanda untuk menjamin keamanan Israel.
Seperti yang dilansir dari France24.com, bahkan pada pekan lalu, dewan keamanan federal Jerman juga sepakat untuk mengekspor lagi senjata ke Israel untuk membantu mempertahankan diri dari serangan Hamas dari Gaza.
Ketika Merkel dan Netanyahu bertemu, menteri luar negeri Jerman Guido Westerwelle yang menjadi tuan rumah menjamu menteri-menteri pemerintahan Israel yang menyertai Netanyahu pada kunjungannya.
"Acara ini merupakan bukti hubungan hangat antara Israel dan Jerman," ujar Menteri Keuangan Israel Yuval Steinitz percaya diri.