REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon mengadakan pembicaraan telepon dengan Ahmet Uzumcu, pemimpin Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), Kamis (6/12), tentang senjata kimia Suriah.
Juru bicara PBB Martin Nesirky mengatakan, kedua pejabat itu membahas laporan baru-baru ini tentang rencana kemungkinan penggunaan senjata tersebut. Selain itu, lanjut dia, pemimpin PBB itu juga telah mengirim surat kepada Presiden Suriah Bashar al-Assad pada Selasa (4/12).
Ban mendesak Bashar agar menahan diri dari penggunaan senjata kimia dalam kondisi apa pun. Ia juga menggarisbawahi tanggung jawab mendasar pemerintah Suriah guna memastikan keselamatan dan keamanan simpanan senjata tersebut.
Seperti dikutip Xinhua, Nesirky mengatakan, Ban telah menyampaikan keprihatinannya kepada Bashar mengenai masalah itu beberapa bulan lalu. Ia kembali menyatakan penggunaan senjata semacam itu akan menjadi kejahatan memalukan dengan konsekuensi besar.
Pemerintah Suriah telah mengatakan negara itu takkan menggunakan senjatanya terhadap rakyatnya sendiri.
Suriah merupakan satu dari delapan negara yang belum bergabung dengan Konvensi Senjata Kimia. Negara lain adalah Angola, Republik Demokratik Kongo, Republik Rakyat Demokratik Korea, Mesir, Israel, Myanmar, Somalia dan Sudan Selatan.
Pada 27 November, Ban dan Uzumcu menyeru Suriah dan tujuh negara lain agar tak menunda untuk bergabung dalam Konvensi Senjata Kimia.