Rabu 18 Jul 2012 22:55 WIB

Sejarawan: Isu Sara Tunjukkan Kemunduran Peradaban Politik

Rep: Ira Sasmita/ Red: Dewi Mardiani
Salah satu ciri Kota Jakarta, Tugu Monas.
Foto: Antara
Salah satu ciri Kota Jakarta, Tugu Monas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penggunaan isu kesukuan, ras, agama, dan antar golongan (SARA) dalam pertarungan politik, menurut sejarawan, JJ Rizal, sebagai kemunduran peradaban politik. Isu SARA menunjukkan perang politik kelas rendah.

Dikatakannya, seharusnya setiap insan politik punya kesadaran untuk membangun peradaban politik yg mencerdaskan. Apalagi, Jakarta secara historis merupakan kota yang sarat dengan sejarah perjuangan politik anti rasisme.

Rizal menjelaskan, Batavia sebagai cikal bakal Jakarta adalah kota yg dibentuk dengan aneka ragam etnik dan ras. Menurut dia, seharusnya setelah Indonesia merdeka, politik ras, kelas, dan etnis menjadi usang.

"Jakarta itu sangat potensial juga sensitif dengan konflik etnis, dan isu SARA. Siapapun insan politik mesti tahu sejarah ini. Punya kesadaran menjaga proses meng-indonesia yang sudah berjalan sejak awal abad 20 di Jakarta, dan meninggalkan politik SARA," kata dia, Rabu (18/7).

Peperangan politik, ujar Rizal, mempertaruhkan segala cara untuk meraih kemenangan. Sehingga, bagian produksi isu menjadi istimewa. Bukan saja isu personal yang menjatuhkan lawan, kata dia, tetapi juga isu yang membuat pihak sendiri seperti teraniaya untuk menjaring simpati. Tapi apapun, kata dia, itu adalah perang politik keras rendah.

"Kalau jalan tersebut dipakai oleh pelaku politik, berarti kita mundur lagi ke belakang. Harusnya kan peradaban politik itu semakin maju," ucapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement