REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) DKI Jakarta akan memperketat pengawasan di daerah rawan kebakaran. Pengawasan akan difokuskan pada jumlah daftar pemilih tetap (DPT) di wilayah tersebut.
“Kita lakukan zooming di daerah rawan, seperti Kapuk Muara. Tetapi kita tidak melulu concern dengan politisasi kebakaran. Yang difokuskan adalah DPT di lokasi tersebut, apakah ada perubahan. Jangan sampai ada manipulasi data,” kata Ketua Panwaslu DKI, Ramdansyah, di Jakarta, Senin (27/8).
Langkah pertama yang akan ditempuh Panwaslu adalah mengusahakan pertemuan antara Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta, Panwaslu DKI, dan pasangan calon gubernur. Agar melakukan pengawasan secara bersama terhadap perubahan jumlah DPT di lokasi bekas kebakaran.
Korban kebakaran, sebelumnya telah ditegaskan oleh KPU DKI, tidak akan kehilangan hak pilihnya pada Pemilukada DKI putaran kedua nanti. Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Pendataan Pemilih KPU DKI, Aminullah, mengatakan, melalui Panitia Pengawas Pemilu (PPS) akan mengirimkan undangan memilih untuk warga Jakarta yang memiliki hak pilih di seluruh lokasi kebakaran.
Sementara itu, untuk korban kebakaran yang mengungsi ditempat lain, seperti misalnya warga Kapuk Muara yang mengungsi ke daerah Tambora. Maka KPU DKI meminta warga tersebut untuk datang ke Kelurahan setempat dan mengisi formulir A8. Dan berhak untuk menggunakan suaranya pada tempat pemungutan suara (TPS) di daerah pengungsian.
Ramdansyah mengungkapkan, kebijakan KPU DKI tersebut, memang memberikan jaminan bagi warga untuk tetap menggunakan hak pilihnya. Namun, perpindahan lokasi TPS harus diawasi, untuk menghindari terjadinya penggadaan DPT. “ Harus dipastikan, warga yang melapor betul-betul korban kebakaran. Sehingga PPS di setiap kelurahan harus melakukan cross check data terlebih dahulu. KPU DKI juga harus jujur dan transparan terkait perubahan DPT itu,” ujarnya.
Panwaslu DKI, disebut Ramdansyah, akan memaksimalkan jumlah relawannya di lokasi kebakaran. Pada penyelenggaran putaran kedua, 20 September 2012 nanti, Panwaslu akan menempatkan satu orang relawan di setiap TPS lokasi kebakaran. “Kalau kemarin (Pemilukada putaran pertama) relawan Panwaslu terbatas. Untuk 15 TPS hanya satu orang relawannya,” tuturnya.
Terkait politisasi kebakaran, Ramdansyah mengaku telah menerima laporan dari Komunitas Muda Intelektual Betawi (KIMB) pada Ahad (26/8) kemarin. Menurut dia, KIMB melaporkan anggota DPR RI Komisi VII Dewi Aryani. Karena pernyataan politisi dari PDI Perjuangan itu, soal kebakaran, menyudutkan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli.
KIMB menilai pernyataan Dewi Aryani melalui blackberry messenger (BBM) berusaha untuk menyetir publik. Bahwa kebakaran yang terjadi secara berantai pascapemilukada putaran pertama berlokasi di daerah yang disinyalir sebagai kantung suara Jokwi-Ahok.
Ramdansyah menyatakan, pihaknya akan menelusuri pengaduan itu. "Bila ada unsur pemilukada akan ditindaklanjuti, bila ada unsur pidana umum akan diserahkan ke kepolisian. Kami akan periksa bukti-bukti yang diserahkan pelapor, yaitu berupa kliping media yang dianggap menyudutkan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli," katanya.
Pesan berantai yang diduga berasal dari Dewi Aryani menyebutkan kebakaran terjadi tujuh lokasi. Yang isinya “ Perbandingan suara antara pasangan cagub yang bersaing dalam Pemilukada DKI Jakarta : 1. Cideng (Foke 26,07 Jokowi 55,26) 2. Kapuk Muara (Foke 25,02 Jokowi 62,49) 3. Karet Tengsin (Foke 36,01 Jokowi 39,36) 4. Pondok Bambu (Foke 35,66 Jokowi 39,14) 5. Glodok (Foke 16,63 Jokowi 77,30) 6. Pekojan (Foke 26,73 Jokowi 61,35) 7. Pinangsia (Foke 33,02 Jokowi 56,45)”.
Kemudian uraian tersebut dilanjutkan dengan tulisan “Ayo analisa dengan cerdas dan berbasis data!! Jika terjadi 7 kali berturut-turut apakah itu suatu kebetulan atau kesengajaan?”.
Data Panwaslu DKI menunjukkan, perolehan suara Jokowi-Ahok di lokasi-lokasi itu mengungguli Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli (Foke-Nara). Di Kelurahan Cideng, Jokowi unggul dengan perolehan 4.637 suara, sedangkan Foke 3.401 suara. Di Kelurahan Kapuk Muara, Jokowi memperoleh 8.494 suara dan Foke 3,401 suara. Kemudian di Kelurahan Karet Tengsin Foke mendapatkan suara 3.477, sedangkan Jokowi 3.801 suara. Di Kecamatan Pondok Bambu, Jokowi unggul tipis dengan perolehan suara 12.073, sedangkan Foke 10.997.
Di Kecamatan Glodok Foke peroleh 771 suara, sedangkan Jokowi mengungguli dengan 3.583 suara. Dia kembali unggul di Kecamatan Pekojan dengan 7.596 suara, sedangkan Foke memperoleh 3.461 suara. Kemudian di Kecamatan Pinangsia, Foke dengan 1.989 suara diungguli Jokowi dengan 3.400 suara.