REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA--Utusan PBB untuk Suriah, Ahad (9/12), mengatakan diplomat senior AS dan Rusia sepakat masih ada kemungkinan untuk memulihkan perdamaian di Suriah secara politik. Sementara Moskow membantah ada pembicraan dengan Suriah mengenai masa depan Presiden Bashar al-Assad.
Lakhdar Brahimi, utusan khusus gabungan PBB dan Liga Arab untuk Suriah, mengadakan pembicaraan tertutup di Jenewa dengan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Bogdanov dan Wakil Menteri Luar Negeri AS William Burng. Mereka membahas krisis di Suriah.
Ia mengatakan di dalam satu pernyataan pertemuan itu "konstruktif", dan kedua diplomat tersebut sepakat, "Proses politik guna mengakhiri krisis di Suriah perlu dan masih mungkin."
"(Pertemuan) itu membicarakan berbagai tempat untuk memajukan proses damai dan mengerahkan aksi lebih besar internasional guna mendukung penyelesaian politik bagi krisis Suriah," katanya.
"Mereka juga sepakat penyelesaian politk akan dilandasi atas anasir inti Komunike Kelompok Aksi Jenewa pada 30 Juni 2012," kata Lakhdar Brahimi sebagaimana dikutip Xinhua.
Sementara itu Sekretaris Jenderal Liga Arab Nabil Al-Arabi, Ahad (9/12), mengatakan ia berharap Amerika Serikat dan Rusia dapat mempertemukan pendirian mereka mengenai Suriah guna memfasilitasi penyelesaian krisis tersebut.
Rusia dan Amerika Serikat tidak sependapat mengenai cara mengakhiri krisis 20 bulan di Suriah. Washington menyatakan Rusia bermaksud "melindungi pemerintah Bashar", sementara Moskow menuduh Amerika Serikat mendorong gerilyawan Suriah untuk mewujudkan perubahan pemerintah.
Di Moskow, Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov mengatakan Rusia tdak mengadakan pembicaraan dengan siapa pun mengenai masa depan Presiden Suriah Bashar al-Assad.