Senin 10 Dec 2012 16:45 WIB

Dikecam, UE Disebut tak Pantas Terima Nobel Perdamaian

Rep: bambang noroyono/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Bendera negara anggota Uni Eropa (ilustrasi)
Foto: UWORKERS
Bendera negara anggota Uni Eropa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, OSLO--Pemberian Nobel Perdamaian untuk Uni Eropa menuai kecaman dari banyak pihak. Kegagalan Uni Eropa menjadi alasan kuat kecaman tersebut. Ribuan para demonstran, yang terdiri dari kelompok oposisi, berunjuk rasa di Ibu Kota Norwegia menentang keputusan tersebut.

Reuters mengatakan massa yang berkumpul di Oslo adalah gabungan dari 50 organisasi sayap kiri, dan tokoh aktivis kemanusian. Mereka menyalakan obor dan berbaris selama semalam untuk berkabung pada malam penyerahan penghargaan, Senin (10/12) waktu setempat.

''Alfred Nobel mengatakan (penghargaan) hanya untuk mereka yang telah berhasil melucuti persenjataan. Dan mereka yang mengindahkan perdamaian,'' seorang demonstran Elsa-Brit Enger mengatakan demikian, seperti dikutip Reuters, Ahad (9/12).  Ia mempertanyakan apa yang membuat Uni Eropa berhak atas raihan tertinggi tersebut.

 

Seorang peraih nobel menurut dia mencerminkan sifaat menolak setiap upaya peperangan, termasuk menghentikan produksi persenjataan. "Uni Eropa tidak melakukan itu. Mereka (Uni Eropa) produsen senjata terbesar di dunia,'' dia menambahkan.

Aksi penolakan mendapat simpatik dari tokoh-tokoh lokal dan internasional. Dengan misi perdamaian serupa, petinggi Partai Sosialis Norwegia (partai pendukung Perdana Menteri Norwegia Jens Stoltenberg) dan Perwakilan dari Peraih Nobel Perdamaian 1910 Biro Perdamaian Internasional juga ikut bergabung.

"Ini tindakan konyol atas situasi berkeping-keping (di Eropa)." Pemimpin Partai Kemerdekaan Inggris, Nigel Farage mengatakan demikian. Anggota Parlemen Yunani, Dimitris Kodelas mengatakan krisis kemanusiaan di negaranya dan kebijakan Uni Eropa dapat menyebabkan perpecahan besar di Eropa.

Ia menganggap sebuah lelucon ketika ia mendengar hadiah perdamaian diberikan kepada Uni Eropa. "Ini tantangan logika kita dan juga menghina," katanya.

sumber : REUTERS
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement