REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Pakistan dan UNESCO mengumumkan rencana baru untuk menyekolahkan semua anak perempuan pada akhir 2015. Program tersebut dinamai Malala Plan sesuai dengan nama aktivis pendidikan asal Pakistan, Mamala Yousafzai.
Rencana tersebut diumumkan di acara amal 'Stand Up For Malala' yang dihadiri ayah Malala, Ziauddin Yousafzai, Presiden Pakistan, Asif Ali Zardani, dan perwakilan UNESCO. Dari acara tersebut terkumpul dana 10 juta dolar AS. Dana tersebut akan digunakan untuk merealisasikan rencana UNESCO memasukkan semua anak perempuan ke sekolah.
Zardani menyatakan, pendidikan merupakan cara yang terbaik melawan ekstrimis. "Saya tidak ragu bahwa tekad kita untuk menyediakan pendidikan bagi semua, khususnya jutaan siswa perempuan, adalah strategi terbaik melawan kekerasan, " ujarnya seperti dikutip PressTV, Selasa (11/12).
Malala adalah gadis berusia 15 tahun yang ditembak kepalanya oleh Taliban karena mempromosikan pendidikan bagi anak perempuan dan wanita di Pakistan. Akibatnya, menderita kerusakan tengkorak. Malala kemudian diterbangkan ke Inggris pada 15 Oktober untuk mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Queen Elizabeth.
Mantan Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown mengatakan sebelum Malala ditembak, dia menganjurkan pendidikan untuk anak perempuan. Anjuran itu melawan tindakan Taliban yang menutup hak perempuan bersekolah dan menghancurkan 600 sekolah. "Jika Taliban berusaha untuk mengalahkan suaranya, mereka gagal," ujar dia.