REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat menilai langkah Bank Indonesia (BI) untuk tetap mempertahankan BI rate di level 5,75 persen sudah tepat. Sejauh ini tidak ada alasan BI untuk menaikkan BI Rate.
Chief Economist the Indonesia Economic Intelligence (IEI), Sunarsip menyatakan, BI tetap mempertahankan BI rate karena tekanan inflasi juga turun. "Saya rasa sudah stabil dilevel 4,5 hingga lima persen," katanya, Selasa (11/12). Selisih margin sekitar 0,75 persen itu, kata Sunarsip, sebenarnya cukup untuk investor Sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk memperoleh margin keuntungan. Apalagi, tekanan rupiah relatif normal.
Menurut data BI, tekanan depresiasi Rupiah pada triwulan II dan triwulan III 2012 terutama akibat ketidakpastian ekonomi global dan tekanan pada neraca pembayaran Indonesia. Pada triwulan IV 2012, intensitas depresiasi menurun dan Rupiah bergerak stabil.
Rupiah secara poin ke poin (ptp) menguat 0,12 persen ke level Rp 9.594 per dolar AS atau rata-rata melemah 0,25 persen menjadi Rp 9.617 per dolar AS. Ke depannya, BI memproyeksikan nilai tukar Rupiah akan bergerak stabil didukung kondisi neraca pembayaran yang diperkirakan akan tetap surplus.
Sunarsip menambahkan tekanan terhadap valuta asing (valas) sudah berkurang. Meskipun awal tahun nanti ia memperkirakan akan ada lagi tekanan inflasi Desember 2012-Januari 2013, namun dampaknya tak akan terlalu besar untuk BI. "Inflasi nanti tak akan lebih dari 5,5 persen," katanya.