REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Organisasi Pendidikan, Sains, dan Kebudayaan PBB (UNESCO), dalam satu acara kemarin, menyerukan dilancarkannya tindakan guna menjamin hak anak perempuan untuk memperoleh pendidikan.
Acara tersebut mengambil tema, "Stand Up for Malala: pendidikan buat anak perempuan adalah hak", diselenggarakan berbarengan dengan Hari Hak Asasi Manusia PBB.
Acara itu diselenggarakan secara bersama oleh UNESCO dan pemerintah Pakistan guna menghormati Malala Yousufzai. Malala adalah anak perempuan pemberani yang selamat dari upaya pembunuhan dua bulan lalu karena upaya gigihnya untuk membela hak pendidikan anak perempuan di Pakistan. Taliban melarang anak perempuan bersekolah di Lembah Swat.
"Pendidikan anak perempuan adalah hak dasar. Itu juga adalah tuas bagi pembangunan yang menguntungkan seluruh masyarakat, anak perempuan dan anak lelaki, pria dan wanita," kata Direktur Jenderal UNESCO Irina Bokova.
Menurut Bokova, terlalu banyak anak perempuan di berbagai negara terhambat haknya cuma karena mereka anak perempuan, seperti dilansir Xinhua, Selasa (11/12). "Mereka dipaksa bekerja, mereka dikawinkan, mereka dibawa pergi dari sekolah. Hari ini, ada 32 juta anak perempuan keluar dari sekolah dasar, dan jumlah yang sama keluar dari sekolah menengah," katanya.
Pada gilirannya, Presiden Pakistan Asif Ali Zardari, mengatakan, "Malala mewakili kekuatan perdamaian. Kita memerlukan dukungan seluruh dunia guna membantu semua Malala bersekolah."
"Kisah Malala juga mengajarkan kita bahwa kita benar dengan membuat pendidikan, dan terutama pendidikan anak perempuan, prioritas dalam bantuan pembangunan," kata Perdana Menteri Prancis Jean-Marc Ayrault.
Selama pertemuan itu, para peserta mengesahkan satu Pernyataan Komitmen bagi Hak Anak Perempuan untuk Pendidikan. Mereka menjanjikan untuk secara aktif berjuang untuk melancarkan setiap upaya guna mengakhiri segala bentuk kekerasan terhadap anak perempuan dan menghapuskan rintangan yang menghalangi mereka bersekolah.