Rabu 12 Dec 2012 21:43 WIB

Dua Sutradara Film Indonesia Raih Beasiswa John Darling

Rep: Lingga Permesti/ Red: Fernan Rahadi
Sara Darling (right), wife of Australia's cinematographer the late John Darling, conducting a courtessy call on Mr Berthy Ibrahim Lindia, Director of Sinematek Indonesia (left), at his office in Jakarta, last week.
Foto: Australian Embassy of Jakarta/file photo
Sara Darling (right), wife of Australia's cinematographer the late John Darling, conducting a courtessy call on Mr Berthy Ibrahim Lindia, Director of Sinematek Indonesia (left), at his office in Jakarta, last week.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua sutradara film Indonesia akan bertolak ke Australia pada Maret tahun depan sebagai pemenang perdana beasiswa John Darling Fellowship. Beasiswa ini dibuat sebagai kenangan atas sutradara film dokumenter Australia John Darling guna mendukung generasi baru sutradara film dokumenter Indonesia.

 

Dwi Sujanti Nugraheni (36) dari Yogyakarta dan Chairun Nissa (28) dari Jakarta akan terbang ke Australia pada Maret bulan depan untuk mengikuti kursus intensif pasca-sarjana selama dua minggu di Universitas Nasional Australia di Canberra. Mereka juga akan menjalani pelatihan dalam pemasaran dan distribusi film, dan prinsip-prinsip serta praktik arsip film.

 

Istri John Darling, Sara Darling, mendirikan beasiswa dengan dukungan sebuah komite, Herb Feith Foundation dan Kedutaan Besar Australia di Jakarta.

 

“Ini merupakan kesempatan langka untuk membantu sutradara film dan dokumenter muda guna meningkatkan keterampilan-keterampilan mereka.  Kursus ini akan memapar mereka pada gagasan dan konsep-konsep baru dalam pembuatan film, namun juga memberi pengetahuan praktis, pengalaman dan keterampilan khusus yang bernilai,” ujar Sara.

“Hidup John (Darling) difokuskan pada pembelajaran dan pengajaran, sehingga beasiswa yang mendukung sutradara muda Indonesia merupakan cara yang luar biasa untuk menghormati karya sepanjang hidupnya.”

 

Duta Besar Australia untuk Indonesia, Greg Moriarty, berujar beasiswa John Darling Fellowship akan memperluas hubungan antara industri film dan dokumentasi Australia dan Indonesia.

 

“Perkenankan saya memberi ucapan selamat kepada kedua pemenang. Beasiswa ini merupakan kesempatan besar bagi kedua sutradara film muda untuk mengembangkan keterampilan mereka, namun juga merupakan perayaan hidup John Darling sebagai warga Australia yang berbakat yang mempersembahkan banyak dari karirnya untuk Indonesia,” tutur Moriarty.

 

Dwi Sujanti Nugraheni adalah direktur Festival Film Dokumenter Yogyakarta dan manajer program Masyarakat Dokumenter Indonesia. Dwi telah menyutradarai dua film dokumenter dan dua lagi dalam proses produksi.

 

Chairun Nissa adalah lulusan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dan telah membuat sejumlah film pendek dan dokumenter, termasuk satu yang ditayangkan di beberapa festival internasional. Ilun, begitu panggilannya, tertarik untuk menggabungkan genre fiksi dan dokumenter, khususnya dalam kaitan dengan pemahaman lintas-budaya.

 

John Darling tinggal di Bali selama bertahun-tahun. Film-filmnya telah ditayangkan di berbagai belahan dunia dan di televisi.  Sembilan film dokumenternya tentang Indonesia termasuk Lempad of Bali (1978), Bali Hash (1985) dan seri Bali Tryptych 1987 ( Between the Mountain and the Sea, The Path of the Soul dan Demons and Deities), serta Below the Wind (1994).

 

Film dokumenter Darling yang terakhir, The Healing of Bali (2003), dibuat selama 12 bulan setelah serangan bom Bali 2002  dan diproduksi bersama dengan istrinya Sara

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement