Kamis 13 Dec 2012 12:33 WIB

Muslim Inggris Beri Makan Warga Miskin Non-Muslim

Rep: Nur Aini/ Red: Fitria Andayani
Muslim Inggris
Muslim Inggris

REPUBLIKA.CO.ID, BLACKBURN -- Sikap anti Islam atau Islamofobia masih tinggi di Inggris. Namun, warga Muslim di Blackburn tetap memiliki inisiatif mengumpulkan bantuan untuk memberi makanan bagi warga yang membutuhkan termasuk non Muslim.

Rencana pengumpulan bantuan tersebut akan dilakukan pada 14 Desember 2012 di pusat sekolah Islam dan Masjid di Blackburn. Kegiatan itu akan rutin dilakukan untuk memberi makanan warga miskin. Panitia meminta warga untuk menyumbangkan makanan siap saji (bukan makanan tahan lama) di sekolah-sekolah dan masjid yang ditunjuk pada hari Jumat.

Anggota Dewan Blackburn, Salim Sidat mengatakan, satu dari lima orang di kota itu berada di garis kemiskinan, dimana sensus Inggris mencatat 105.085 orang tinggal di kota tersebut. "Ini merupakan isu yang akan berdampak pada banyak orang di Blackburn dan ini waktunya untuk menunjukkan hubungan yang baik antara warga kulit putih dan komunitas Asia, " tutur Sidat seperti dikutip PressTV, Kamis (13/12).

Warga Muslim lahir dan tumbuh di kota tersebut. "Kami seharusnya tidak dibeda-bedakan, kita harus melihat kebutuhan semua orang dan bertindak yang sesuai, " kata dia. Populasi Muslim di Inggris yang mencapai 2,5 juta orang menghadapi diskriminasi dan sentimen anti-Islam, khususnya setelah serangan 7 Juli 2005. Jajak pendapat di Financial Times menunjukkan pada Agustus 2007, warga Inggris paling mencurigai Muslim di Eropa dan Amerika Serikat. 

Pada Oktober 2012, Koalisi Anti Perang menggelar aksi protes untuk meningkatkan kewaspadaan meratanya Islamophobia di Inggris dan seluruh Eropa. "Islamophobia atau anti Muslim mencapai tingkat yang mengkhawatirkan di Inggris dan seluruh Eropa.

Ini fenomena buruk yang datang dari tesis populer tentang benturan beradapan antara Islam dan Barat, " kata kelompok itu.  Kelompok itu juga menambahkan Islamofobia telah menjadi lazim. Sikap itu diperlihatkan dalam politik, media, dan hukum. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement